"Inflasi makanan di Turki diperkirakan mencapai 29,5 persen pada akhir 2018," kata Gubernur Bank Sentral Turki Murat Cetinkaya, pada konferensi pengarahan inflasi triwulanan, seperti dikutip dari Xinhua, Sabtu, 3 November 2018.
Bahkan, Cetinkaya mengatakan bank sentral telah menaikkan perkiraan inflasi akhir 2019 menjadi 15,2 persen dibandingkan dengan angka 9,3 persen yang diumumkan dalam sebuah laporan di Juli. Bank sentral Turki akan mempertahankan kebijakan moneter dan fokus pada penurunan inflasi.
Lira Turki telah kehilangan hampir sepertiga nilainya terhadap USD sejak awal tahun ini, mendorong kenaikan inflasi dan munculnya risiko ekonomi negara itu. Menurut laporan yang dirilis oleh Lembaga Statistik Turki, inflasi tahun ke tahun Turki melonjak hampir 25 persen pada September, mencapai rekor baru dalam 15 tahun terakhir.
Bank Sentral Turki sebelumnya mempertahankan suku bunga acuannya atau tidak berubah seperti yang diperkirakan. Kondisi itu dilakukan setelah ada peningkatan hubungan diplomatik dengan Washington yang telah membantu lira menghitung kembali sebagian besar kerugiannya tahun ini.
Lira telah jatuh karena hubungan dengan Amerika Serikat memburuk. Masing-masing pihak memberlakukan sanksi tit-for-tat serta tarif tambahan. Inti dari perselisihan itu adalah penahanan yang dilakukan oleh otoritas Turki kepada seorang pendeta AS, yang sekarang telah dibebaskan.
Untuk mendukung mata uang dan melawan melonjaknya inflasi, bank sentral Tiongkok pada bulan lalu menaikkan suku bunga acuannya sebesar 6,25 poin, dalam sebuah langkah yang juga menenangkan kekhawatiran investor tentang independensi bank. Keputusan itu juga dalam rangka meredam gejolak perekonomian Turki.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News