AFP melansir, rubel yang sudah babak belur selama 18 bulan terakhir oleh rendahnya harga energi dan sanksi-sanksi Barat atas Ukraina juga melemah di atas 92 terhadap euro. Sebagaimana dikutip dari Antara, Jumat, 22 Januari, ekonomi Rusia yang dilanda resesi, bergantung pada minyak dan gas, di mana pendapatan Rusia lebih dari setengahnya berasal dari komoditas tersebut.
Posisi harga minyak mencapai posisi terendah dalam 12 tahun, mata uang rubel tergelincir ke titik terlemah sebelumnya 80,1 rubel terhadap dolar yang terjadi selama kemerosotan dramatis pada Desember 2014.
Mata uang Rusia sejauh tahun ini kehilangan lebih dari 12 persen dari nilainya terhadap dolar, berarti bahwa resesi yang para pejabat telah mengklaim pada dasarnya terlihat telah berakhir, akan bertahan lebih lama.
Bank Sentral Rusia sejauh ini telah mengabaikan kemerosotan terbaru rubel, tetapi pihak berwenang kemungkinan akan datang di bawah tekanan yang meningkat untuk bereaksi jika terus menurun.
Pemerintah telah mengakui bahwa penurunan harga minyak akan membuat mereka memangkas pengeluaran pemerintah, karena mereka akan kesulitan untuk menjaga defisit menjadi di bawah tiga persen dari produk domestik bruto (PDB).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News