"Ekonomi Turki tidak dalam krisis atau bangkrut dan fluktuasi nilai tukar mata uang adalah 'rudal' dari perang ekonomi yang dilancarkan terhadap Turki," tegas Erdogan, seperti dilansir dari CNBC, Minggu, 12 Agustus 2018.
Melihat kondisi tersebut membuat Erdogan tidak berhenti mengambil sikap tegas. Adapun Erdogan mengatakan Turki sedang mempersiapkan untuk melakukan perdagangan melalui mata uang nasional dengan Tiongkok, Rusia, dan Ukraina. Keputusan ini guna mengangkat kembali perekonomian sejalan dengan mitigasi risiko yang bisa datang kapan saja dan di mana saja.
Lebih lanjut, Erdogan menilai, keputusan Amerika Serikat salah karena mencoba mengancam Turki usai Presiden Amerika Serikat Donald Trump memutuskan untuk menggandakan tarif pada impor logam Turki sebagai dampak perselisihan antara dua sekutu NATO yang semakin mendalam.
Kedua pemerintah telah berselisih mengenai berbagai topik yakni mulai dari berbagai kepentingan di Suriah, ambisi Turki untuk membeli sistem pertahanan Rusia, dan kasus pendeta Amerika Serikat Andrew Brunson yang diadili di Turki atas tuduhan terorisme.
"Anda tidak bisa membawa bangsa ini dengan bahasa ancaman. Saya sekali lagi memanggil mereka di Amerika bahwa sangat disayangkan Anda memilih seorang pendeta atas mitra strategis Anda di NATO," tegas Erdogan kepada para pendukungnya di Turki.
Setelah hampir 20 bulan di penjara di Turki, Brunson dipindahkan ke tahanan rumah pada Juli oleh pihak pengadilan. Sejak itu, Trump dan Wakil Presidennya Mike Pence telah berulang kali menyerukan pembebasannya, sementara Pejabat di Ankara mengatakan keputusan tersebut berada di ranah pengadilan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News