Ilustrasi (FOTO: express)
Ilustrasi (FOTO: express)

Bursa Saham Inggris Rontok

Antara • 18 Juli 2019 09:49
London: Bursa saham Inggris berakhir lebih rendah pada perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis WIB), dengan indeks acuan FTSE-100 di Bursa Efek London turun sebanyak 0,55 persen atau 41,74 poin, menjadi 7.535,46 poin.
 
Mengutip Antara, Kamis, 18 Juli 2019, Johnson Matthey, sebuah perusahaan ilmu pengetahuan dan kimia global, menderita kerugian paling besar di antara saham-saham unggulan dengan harga sahamnya jatuh 5,40 persen. Diikuti saham perusahaan asuransi umum multinasional RSA Insurance Group yang turun 4,36 persen, serta perusahaan media Inggris ITV turun 3,14 persen.
 
Sementara itu, Burberry Group, sebuah perusahaan Inggris, naik 2,99 persen, menjadi pencetak keuntungan tertinggi dari saham-saham unggulan. Disusul saham perusahaan barang konsumsi dengan fokus utama industri rokok Imperial Brands, serta perusahaan teknologi informasi multinasional Inggris AVEVA Group, yang masing-masing meningkat 2,22 persen dan 1,51 persen.

Di sisi lain, indeks Dow Jones Industrial Average turun 115,78 poin atau 0,42 persen menjadi 27.219,85 poin. Indeks S&P 500 berkurang 19,62 poin atau 0,65 persen menjadi 2.984,42 poin. Indeks Komposit Nasdaq turun 37,59 poin atau 0,46 persen menjadi 8.185,21 poin.
 
Bank of America melaporkan perolehan laba yang lebih baik dari perkiraan pada Rabu 17 Juli, didorong oleh kekuatan operasi perbankan ritelnya. Tetapi perusahaan memperingatkan bahwa suku bunga yang lebih rendah akan memukul pertumbuhan pendapatan bunga bersihnya.
 
Bank of America melaporkan laba per saham dilusian sebesar USD0,74, dan pendapatan bersih setelah dikurangi beban bunga sebesar USD23,1 miliar. Terlepas dari keuntungan kuat bank, investor berhati-hati dengan laporan laba yang akan datang. Para analis memperkirakan laba S&P 500 turun sekitar tiga persen pada kuartal kedua, mengutip data FactSet.
 
Kepala Staf Investasi Global UBS Global Wealth Management Mark Haefele mengatakan dalam sebuah catatan bahwa pendorong laba telah melemah ketika sentimen bisnis turun, tarif-tarif telah naik, pertumbuhan luar negeri melambat, dan prospek harga minyak serta suku bunga lebih rendah.
 
Haefele mengatakan bank telah memangkas estimasinya untuk laba per saham setahun penuh S&P 500 dari USD168 menjadi sebesar USD165, dan perkiraan untuk 2020 dari sebesar USD179 menjadi USD176.
 
Sementara itu, menurut Laporan Status Minyak Mingguan yang dirilis oleh Badan Informasi Energi AS (EIA), persediaan minyak mentah AS turun 3,1 juta barel dalam pekan yang berakhir 12 Juli menjadi 455,9 juta barel, sekitar empat persen di atas rata-rata lima tahun untuk saat ini.
 
Namun, persediaan produk-produk minyak naik secara signifikan. Total persediaan bensin meningkat 3,6 juta barel pada minggu lalu dan persediaan bahan bakar distilasi meningkat 5,7 juta barel, laporan tersebut menunjukkan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan