Mengutip Antara, Selasa, 2 Juli 2019, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September turun 33 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di USD64,73 per barel pada pukul 00.34 GMT (07.34). Brent naik lebih dari USD2 per barel pada Senin waktu setempat sebelum memotong keuntungannya di akhir perdagangan.
Sementara itu, minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan Agustus turun 48 sen atau 0,8 persen menjadi diperdagangkan di USD58,61 per barel, setelah menyentuh level tertinggi dalam lebih dari lima minggu pada Senin waktu setempat.
"Setelah selama dua setengah tahun pemangkasan produksi, dampak dari pemangkasan produksi kehilangan kekuatannya," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA di New York, seraya menambahkan bahwa pasar tetap gelisah tentang bagaimana permintaan akan berjalan selama beberapa bulan ke depan.
"Perang perdagangan tidak mungkin diselesaikan dalam waktu dekat dan sementara bank sentral global diperkirakan memberikan stimulus baru dalam beberapa bulan mendatang, aktivitas ekonomi terus cenderung lebih rendah," tambahnya.
Konflik perdagangan AS-Tiongkok telah menekan pasar global, memicu kekhawatiran tentang permintaan komoditas seperti minyak mentah. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) sepakat untuk memperpanjang pengurangan pasokan minyak hingga Maret 2020 ketika anggota kelompok mengatasi perbedaan mereka untuk mencoba menopang harga.
OPEC dijadwalkan untuk bertemu dengan Rusia dan produsen lainnya, aliansi yang dikenal sebagai OPEC+, pada Selasa waktu setempat, untuk membahas pengurangan pasokan di tengah melonjaknya produksi AS.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengaku setuju dengan Arab Saudi untuk memperpanjang pengurangan produksi global sebesar 1,2 juta barel per hari, atau 1,2 persen dari permintaan dunia, hingga Desember 2019 atau Maret 2020.
Rusia mengurangi produksi minyak pada Juni lebih besar dari jumlah yang disepakati dalam kesepakatan global untuk memangkas produksi, menteri energi dan sumber-sumber industri mengatakan. Hal itu karena sektor ini masih merasakan dampak dari krisis minyak mentah yang terkontaminasi yang melumpuhkan ekspor.
Harga minyak juga berada di bawah tekanan baru dalam beberapa bulan terakhir dari meningkatnya pasokan AS. Produsen AS mencapai rekor bulanan 12,16 juta barel per hari (bph) pada April, data terbaru yang tersedia menunjukkan, meskipun produksi minyak serpih baru AS diperkirakan turun tahun ini dari tahun lalu, menurut sebuah survei dari periset pasar terkemuka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News