Sri Mulyani menyebut, kondisi lingkungan global akan selalu menjadi pertimbangan pemerintah dalam mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Salah satunya adalah dampak kenaikan harga minyak dunia ke APBN.
"Jadi kita selalu menjaga APBN, ya kita lakukan saja kita akan membuat skenario. Sama seperti waktu 2018 itu ada gejolak yang cukup tinggi, 2019 juga gejolak tinggi. Kita akan jaga," kata dia, dalam konferensi pers di Kantor Kemenkeu, Jakarta Pusat, Selasa, 7 Januari 2020.
Setelah militer Amerika Serikat (AS) membunuh seorang Jenderal Iran, minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Februari naik USD0,22 menjadi USD63,27 per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak mentah brent untuk pengiriman Maret naik USD0,31 menjadi USD68,91 per barel di London ICE Futures Exchange.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyebutkan tensi di Timur Tengah memang menyebabkan harga minyak meningkat. Namun pemerintah akan melihat bagaimana pergerakan ke depannya, karena di APBN 2020 harga minyak diperkirakan USD65 per barel.
"Kita akan lihat terus, ini kan Januari baru tujuh hari, kita akan lihat bagaimana pergerakannya. Nanti dampaknya ke APBN kan tentu dipengaruhi variabel-variabel lain, seperti kurs kita bagaimana, kemudian lifting kita nanti seperti apa. Itu semuanya yang kita perhatikan terus," jelas dia.
Kemenkeu sendiri akan menyampaikan perkembangan dari pelaksanaan APBN setiap bulannya. Menurutnya, setiap kondisi akan menjadi perhatian dari pemerintah agar APBN tetap menjalankan tugas dan fungsinya sebagai instrumen menjaga perekonomian.
"Setiap bulannya kan ada (konferensi pers) APBN Kita. Nanti akan kita sampaikan berapa yang terkumpul, berapa pergerakan harga minyak, berapa lifting terakhir," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News