Analis Grup Eurasia Michael Hirson, Paul Triolo, dan Jeffrey Wright menulis eskalasi terbaru mengisyaratkan kembalinya cara Trump bernegosiasi dengan Tiongkok -dengan mencoba membangun lebih banyak pengaruh terhadap Beijing di tengah pembicaraan yang sedang berlangsung- sebelum kedua belah pihak sepakat untuk gencatan senjata pada akhir Juni.
"Ancamannya adalah pertaruhan serius bagi Trump. Ini kemungkinan menandakan bahwa ia akan lebih memilih untuk mencapai kesepakatan dengan syarat-syaratnya sebelum pemilihan Presiden 2020. Dan bersedia menggunakan alat yang dimilikinya untuk membangun tekanan pada Tiongkok untuk tujuan itu," kata mereka, seperti dikutip dari CNBC, Sabtu, 3 Agustus 2019.
Adapun Trump menegaskan AS akan mengenakan tarif 10 persen pada barang Tiongkok senilai USD300 miliar mulai 1 September. Dalam serangkaian tweet, Trump mengeluh Tiongkok tidak membeli dalam jumlah besar produk pertanian AS seperti yang dijanjikan. Hal itu yang membuat Trump marah dan mengancam memberlakukan tarif baru.
"Tiongkok, bagaimanapun, bersikeras jutaan ton kedelai AS telah dikirim ke negara itu sejak 19 Juli, dan banyak perusahaan telah membuat pesanan untuk kedelai, kapas, babi, dan sorgum dari Amerika," kata kantor berita Pemerintah Tiongkok, Xinhua.
Pengumuman itu datang hanya sehari setelah kedua belah pihak menyelesaikan putaran pembicaraan perdagangan di Shanghai, dengan rencana untuk melanjutkan negosiasi di Washington pada September. Dengan adanya pengenaan tarif baru ini maka otomatis ketegangan perdagangan yang tadinya mereda kembali memanas.
Analis Grup Eurasia mengatakan ada kemungkinan ancaman tarif dimaksudkan untuk memacu Tiongkok membeli lebih banyak produk pertanian AS. Mereka menilai Beijing tidak mungkin merespons hal tersebut seperti harapan Trump. "Akan sangat memalukan bagi Tiongkok untuk meningkatkan impor dari AS di bawah ancaman pemerasan," tulis analis Grup Eurasia.
Direktur Ekonomi dan Pasar National Australia Bank Tapas Strickland mengungkapkan tidak mungkin bagi Tiongkok untuk menyerah dengan ancaman yang diberikan Trump. "Itu bertentangan dengan tuntutan inti Tiongkok untuk ketulusan dan penghapusan tarif yang ada," katanya, seraya menambahkan Beijing kemungkinan membalas langkah tersebut.
Sebelumnya, ancaman Trump untuk mengenakan tarif 10 persen pada sisa impor barang-barang Tiongkok senilai USD300 miliar mulai 1 September akan merugikan pembelian konsumen. Pasalnya, tarif itu bakal menaikkan harga dan membatasi perekrutan pekerja. Trump pada Kamis 1 Agustus bergerak untuk memberlakukan tarif baru.
Hal itu setelah negosiator AS dan Tiongkok gagal memulai pembicaraan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia. Federasi Ritel Nasional (NRF), yang termasuk Walmart Inc dan Amazon.com Inc di antara anggotanya, menyebut keputusan untuk mengenakan tarif baru sebagai strategi cacat yang akan merugikan konsumen Amerika.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
