"Dalam hal kesiapan, kami siap. Seperti yang selalu kami katakan, perusahaan pada paruh kedua di 2018 akan siap," kata Presiden dan CEO Aramco Amin Nasser, seperti dikutip dari CNBC, pada World Economic Forum, di Davos, Swiss, Rabu, 24 Januari 2018.
Penjualan sekitar lima persen dari Aramco diperkirakan akan memberi nilai perusahaan pada USD1 triliun sampai USD2 triliun dan menjadikannya penawaran umum perdana terbesar yang pernah ada. IPO merupakan rencana Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk menciptakan dana kekayaan kedaulatan terbesar di dunia dan mendiversifikasi ekonomi.
Namun rumor tentang penundaan penjualan saham telah lama berlalu, didorong oleh lambannya informasi mengenai aspek-aspek kunci dari IPO, termasuk di mana saham tersebut akan terdaftar. Padahal, langkah IPO ini dengan harapan Arab Saudi tidak lagi bergantung dari harga minyak.
"Ini semua tergantung pada keputusan pemegang saham yang harus mendaftar karena kita perlu berkoordinasi dengan pasar lain saat keputusan dibuat. Jadi dari pihak kita sebagai perusahaan, kita siap pada semester kedua tahun ini, dan sisanya ada di tangan pemegang saham," kata Nasser.
IPO itu rumit karena Aramco menanggung keuangan kerajaan. Investor bertanya-tanya berapa banyak cahaya yang Pemerintah Saudi akan berikan pada cadangan minyaknya dan kelangsungan hidup bisnis bahan bakar fosilnya.
Ada juga pertanyaan tentang bagaimana Arab Saudi dapat menyeimbangkan prioritas nasional dan pengeluaran kesejahteraan sosial, yang didanai oleh pendapatan minyak, dengan kewajiban Aramco kepada pemegang saham sebagai perusahaan publik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News