Mengutip Antara, Sabtu, 15 Juni 2019, ITV, sebuah perusahaan media Inggris, mencatat kerugian terbesar di antara saham-saham unggulan dengan harga sahamnya jatuh 4,32 persen. Diikuti saham Auto Trader Group, pasar otomotif digital Inggris, yang turun 3,24 persen, serta perusahaan pengemasan internasional berbasis di Inggris DS Smith turun 2,97 persen.
Sementara itu, Fresnillo, sebuah perusahaan pertambangan logam mulia berbasis di Meksiko, melonjak 3,37 persen, menjadi peraih keuntungan tertinggi dari saham-saham unggulan. Disusul oleh saham perusahaan industri utilitas gas National Grid dan perusahaan jasa makanan kontrak terbesar di dunia Compass Group, yang masing-masing naik 1,82 persen dan 1,51 persen.
Di sisi lain, bursa saham Amerika Serikat (AS) rontok pada Jumat waktu setempat (Sabtu WIB), tertekan oleh kerugian di sektor teknologi. Di sisi lain, ketegangan perdagangan yang kian meningkat antara AS dengan Tiongkok juga memberikan efek negatif terhadap gerak pasar saham.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun sebanyak 17,16 poin atau 0,07 persen menjadi 26.089,61. Kemudian S&P 500 kehilangan 4,66 poin atau 0,16 persen menjadi 2.886,98. Indeks Komposit Nasdaq turun 40,47 poin atau 0,52 persen menjadi 7.796,66.
Sektor teknologi merosot 0,83 persen, berkinerja terburuk di antara 11 kelompok S&P 500 utama. Sedangkan utilitas naik sebanyak 0,99 persen, melampaui yang lain. Sektor teknologi sebagian besar terseret oleh saham pembuat cip. Saham Broadcom ditutup turun 5,57 persen setelah pembuat cip AS melaporkan hasil kuartalan yang lemah.
Saham pembuat cip lainnya termasuk Lam Research, Qualcomm dan Micron Technology, juga mengalami kesulitan. VanEck Vectors Semiconductor ETF (SMH), yang melacak kinerja keseluruhan perusahaan-perusahaan besar yang terdaftar di AS dalam industri semikonduktor, ditutup 2,67 persen lebih rendah.
Di sisi ekonomi, University of Michigan melaporkan indeks sentimen konsumen turun menjadi 97,9 pada Juni dari 100 pada Mei. Bacaan itu meleset dari ekspektasi para analis atas 99 yang disurvei oleh MarketWatch. Meski demikian, diharapkan kondisi tersebut mengalami perbaikan di masa mendatang.
Sementara itu, Departemen Perdagangan AS mengatakan penjualan ritel naik 0,5 persen pada bulan lalu, tepat di bawah ekspektasi para ekonom untuk kenaikan 0,6 persen. Data untuk April direvisi naik menjadi menunjukkan penjualan ritel menguat 0,3 persen, bukannya turun 0,2 persen seperti yang dilaporkan sebelumnya.
Dolar AS telah pulih pada minggu terakhir setelah mengawali Juni dengan melemah. Hal itu karena investor mempertimbangkan apakah ekspektasi untuk penurunan suku bunga AS terbilang terlalu dibuat-buat terhadap data atau tidak. Sedangkan investor khawatir bahwa Presiden AS Donald Trump akan mengenakan tarif pada Jepang dan Eropa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News