Indeks Pembelian Manajer resmi Tiongkok (IPM) diperluas di laju tercepat lebih dari dua tahun pada Oktober, menambah pandangan bahwa ekonomi terbesar kedua di dunia stabil berkat kredit dan sektor perumahan yang booming.
Sedangkan aktivitas pabrik India tumbuh pada tingkat tercepat sejak Desember 2014, didorong oleh lonjakan output dan pesanan baru karena ekonomi terbesar ketiga di Asia itu terus tumbuh pada kecepatan yang kuat.
Baca: The Fed Perkirakan Ekonomi AS Tumbuh 2,7% di Kuartal IV-2016
Namun investor tetap berhati-hati dan waspada karena adanya prospek kenaikan suku bunga acuan oleh Federal Reserve atau the Fed pada Desember. Kondisi itu meningkatkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap ekonomi di negara yang sekarang ini tengah berkembang.
%20(AFP%20PHOTO%20%20Paul%20J_%20Richards).jpg)
Donald Trump dan Hillary Clinton saat melakukan debat calon Presiden Amerika Serikat (AS) (AFP PHOTO/Paul J. Richards)
"Asia terutama akan terkena dampaknya dari potensi kenaikan suku bunga oleh the Fed. Ekonomi yang terjerat utang di kawasan itu akan merasakan tekanan dari kenaikan biaya pendanaan USD, tapi tidak akan menerima dorongan dari ekspor yang kuat," kata Co-Head of Asian Economic Research di HSBC Frederic Neumann, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (2/11/2016).
Selain itu, ketidakpastian mulai meningkat sejalan dengan AS akan melakukan pemilihan Presiden dan menjelang pemilihan itu situasi dan kondisi politik kian memanas. Di Tiongkok, ada kekhawatiran bahwa kenaikan aktivitas ekonomi selama beberapa bulan terakhir tidak akan bertahan lama.
Baca: Fed Diperkirakan Naikkan Suku Bunga AS di Desember
Sedangkan untuk India, kenaikan yang tajam dalam biaya input bisa menunjukkan adanya risiko tingkat inflasi yang tinggi. Situasi dan kondisi itu bisa mengganggu bank sentral India untuk menurunkan suku bunga kebijakan lebih lanjut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News