Ilustrasi (AFP PHOTO/SHAUN CURRY)
Ilustrasi (AFP PHOTO/SHAUN CURRY)

Bursa Saham Inggris Ditutup Tertekan 0,40%

15 Agustus 2018 09:45
London: Saham-saham Inggris berakhir lebih rendah pada perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu WIB), dengan indeks acuan FTSE-100 di Bursa Efek London turun 0,40 persen atau 30,81 poin, menjadi 7.611,64 poin. Sejauh ini, Pemerintah Inggris masih membahas mengenai keputusan keluar dari keanggotaan Uni Eropa.
 
Mengutip Antara, Rabu, 15 Agustus 2018, Antofagasta PLC, sebuah perusahaan Chili yang beroperasi di berbagai sektor ekonomi, mencatat kerugian terbesar di antara saham-saham unggulan dengan sahamnya jatuh 6,97 persen. Diikuti oleh saham TUI AG, grup perjalanan liburan Inggris, yang merosot 2,95 persen, serta Anglo American PLC turun 2,15 persen.
 
Sementara itu, United Utilities Group PLC, perusahaan air terbesar yang tercatat di Inggris, menguat 1,60 persen, peraih keuntungan teratas dari saham-saham unggulan. Disusul oleh saham Severn Trent PLC dan Ferguson PLC, yang masing-masing meningkat 1,24 persen dan 1,10 persen.

Di sisi lain, indeks Dow Jones Industrial Average naik 112,22 poin atau 0,45 persen menjadi berakhir di 25.299,92 poin. Indeks S&P 500 meningkat 18,03 poin atau 0,64 persen menjadi ditutup pada 2.839,96 poin. Indeks Komposit Nasdaq berakhir naik 51,19 poin atau 0,65 persen lebih tinggi menjadi 7.870,89 poin.
 
Keuntungan Dow Jones dipimpin oleh reli saham Walgreens Boots Alliance dan saham McDonald's. Saham kedua perusahaan tersebut masing-masing naik sebanyak 3,28 persen dan 1,56 persen pada penutupan. Semua 11 sektor utama S&P 500 ditutup lebih tinggi.
 
Raksasa teknologi AS, Amazon dan Apple, masing-masing naik sekitar 1,2 persen dan 0,4 persen, berkontribusi terhadap indeks teknologi Nasdaq. Mata uang lira Turki pulih sedikit dari rekor terendah Senin 13 Agustus dalam perdagangan Selasa 14 Agustus, setelah bank sentral negara itu berjanji untuk menyediakan likuiditas.
 
Sebuah rebound mata uang Turki meredakan kekhawatiran tentang krisis keuangan, namun kekhawatiran atas penularan ke negara-negara berkembang tetap. Meski demikian, diharapkan kondisi negatif tidak terjadi dan pemulihan ekonomi Turki bisa segera datang guna meredam ketidakpastian.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan