Peralatan nuklir milik Rusia -- REUTERS/Yuri Maltsev
Peralatan nuklir milik Rusia -- REUTERS/Yuri Maltsev

Rusia Bangun 20 Pembangkit Nuklir di India dalam 20 Tahun

Patricia Vicka • 17 Desember 2014 11:56
medcom.id, New Delhi: Rusia dan India semakin serius meningkatkan kerja sama tenaga nuklir untuk tujuan perdamaian. Peningkatan kerja sama itu tertuang dalam sebuah dokumen berjudul "Visi Strategis untuk Mempererat Kerjasama Pemanfaatan Energi Atom Secara Damai antara Republik India dan Federasi Rusia".
 
Isi dokumen tersebut menyatakan bahwa India akan membangun hingga 20 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dengan menggunakan teknologi Rusia.
 
"Dokumen tersebut juga memuat produksi uranium, bahan bakar nuklir, dan pengelolaan limbah bersama yang dilakukan oleh Rusia dan India," kata Presiden Rusia, Vladimir Putin, melalui siaran persnya, seperti dikutip Metrotvnews.com, di Jakarta, Rabu (17/12/2014).

Putin menambahkan, kerja sama yang baru saja disepakati ini juga bisa mendorong munculnya sektor industri baru di India. Perdana Menteri India, Narendra Modi, menambahkan, kerja sama nuklir secara bilateral antara India dan Rusia akan mencakup pembangunan puluhan PLTN dengan standar keamanan tertinggi di dunia.
 
"Kerja sama ini juga menyepakati produksi peralatan dan komponen akan dilakukan di India," ujar Modi.
 
PLTN yang tengah dibangun saat ini adalah PLTN Kudankulam. Modi menambahkan, pihak-pihak terkait sudah mengerjakan konstruksi tiga tambahan unit berkapasitas 1.000 megawatt (MW). Dokumen tersebut telah ditandatangani di New Delhi baru-baru ini. Sebelum penandatanganan dokumen ini, Rusia dan India memang telah menjalin kerja sama dalam perdagangan komoditas, jasa, dan transfer teknologi terkait nuklir.
 
Teknologi nuklir milik Rusia memang banyak diminati oleh negara-negara di dunia yang hendak mengembangkan tenaga nuklir untuk tujuan damai. Portofolio pemesanan perusahaan energi nuklir milik Rusia, Rosatom, menunjukkan, dalam kurun waktu 10 tahun ke depan, perusahaan ini harus memenuhi permintaan hingga USD100 miliar. Angka ini naik seratus persen setelah sebelumnya pemesanan dari Rosatom mencapai USD50 miliar.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan