KAA 2015. ANTARA FOTO/Andika Wahyu
KAA 2015. ANTARA FOTO/Andika Wahyu

Bentuk Komite, RI-Bangladesh Genjot Kerja Sama Perdagangan

Husen Miftahudin • 23 April 2015 15:17
medcom.id, Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2015 mengalami surplus sebesar USD1,13 miliar. Hal ini dipicu oleh surplus sektor nonmigas sebesar USD1,41 miliar meski sektor migas defisit USD0,28 miliar.
 
Kondisi ini sebenarnya dipengaruhi oleh penurunan impor yang tajam, sedangkan kondisi ekspor sama sekali tak mengalami peningkatan berarti. Pemerintah diminta untuk terus waspada. Pasalnya, jika belanja Indonesia membengkak, maka RI bakal mengalami defisit neraca perdagangan.
 
Pemerintah tak tinggal diam melihat situasi seperti itu. Peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) yang ke-60 justru menjadi kesempatan besar bagi Pemerintah Indonesia untuk mencari pasar potensial dalam mengekspansi produk-produk dalam negeri agar dapat meningkatkan ekspor migas maupun nonmigas.
 
Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto mengatakan, salah satu negara potensial untuk dijamah dari produk Indonesia adalah Bangladesh. Negara yang beribukota Dhaka ini memiliki jumlah penduduk terbesar kedelapan dunia sebanyak 160 juta jiwa. Selain itu, Produk Domestik Bruto (PDB) nominal Bangladesh secara total sebesar USD140 ribu dengan pendapatan per kapita USD899 per tahun.
 
Maka itu, lanjut dia, Pemerintah Indonesia dan Bangladesh sepakat untuk meningkatkan kerja sama melalui peningkatan investasi dan perdagangan dengan membentuk Komite Bersama Bilateral.
 
"Kita sepakat untuk membentuk Bilateral Joint Committee untuk meningkatkan investasi dan perdagangan RI-Bangladesh," ujar Andi, dalam pertemuan bilateral KAA, Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (23/4/2015).
 
Andi mengungkapkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar akses pasar untuk Indonesia dibuka lebih luas lagi, terutama untuk produk kertas, minyak, kelapa sawit, batu bara, kendaraan bermotor, peralatan listrik serta alutsista.
 
"Presiden (Jokowi) juga secara khusus mengundang investor Bangladesh untuk menginvestasikan modalnya di sektor-sektor yang masih terbuka luas peluangnya di Indonesia seperti infrastruktur dan transportasi. Bangladesh memiliki kepentingan investasi yang cukup beragam di Indonesia, antara lain investasi di bidang industri pakaian jadi serta kendaraan bermotor," pungkas Andi.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan