Mengutip Antara, Jumat, 26 Juli 2019, indeks Dow Jones Industrial Average turun 128,99 poin atau 0,47 persen, menjadi ditutup di 27.140,98 poin. Indeks S&P 500 berkurang 15,89 poin atau 0,53 persen, menjadi berakhir di 3.003,67 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup 82,96 poin atau 1,00 persen lebih rendah, menjadi 8.238,54 poin.
Semua dari 11 sektor utama S&P 500 ditutup lebih rendah, dengan energi turun 1,16 persen, merupakan kelompok berkinerja terburuk. Saham Tesla anjlok 13,61 persen setelah pembuat kendaraan listrik AS tersebut memaparkan laporan kerugian yang lebih luas dari perkiraan untuk kuartal sebelumnya.
Saham Boeing jatuh 3,69 persen, menyusul penurunan 3,12 persen di sesi sebelumnya. Pabrikan pesawat AS ini melaporkan kerugian triwulanan besar pada Rabu 24 Juli. Demikian pula saham Ford Motor tergelincir 7,45 persen karena laba dan prospek yang lebih lemah dari yang diantisipasi.
Sekitar sepertiga dari perusahaan S&P 500 telah melaporkan laba kuartal kedua sejauh ini. Dari perusahaan-perusahaan itu, 75 persen dari mereka membukukan laba yang lebih baik dari perkiraan, menurut FactSet. Wall Street juga berhati-hati menunggu pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve, yang akan diadakan minggu depan.
Di sisi ekonomi, Departemen Tenaga Kerja melaporkan, klaim pengangguran awal AS, cara kasar untuk mengukur PHK, tercatat 206.000 dalam pekan yang berakhir 20 Juli, turun 10.000 dari tingkat yang tidak direvisi minggu sebelumnya. Para ekonom yang disurvei MarketWatch memperkirakan klaim baru pengangguran akan berjumlah 218.000 yang disesuaikan secara musiman.
Sementara itu, dalam perkembangan terkait, bank sentral Eropa (ECB) pada Kamis 25 Juli mempertahankan suku bunga utama untuk kawasan euro tidak berubah, tetapi merevisi panduan ke depan untuk membuka pintu bagi kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter.
Langkah ECB menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor bahwa Federal Reserve AS juga dapat mengambil pendekatan yang kurang agresif, ketika mereka memutuskan penurunan suku bunga utama minggu depan.
Kemudian, Johnson menjadi Perdana Menteri ketika Inggris dihadapkan dengan batas waktu Brexit yang membayang pada 31 Oktober 2019. Dia memberikan pidato pertamanya kepada bangsa Inggris ketika dia berjanji untuk membawa negara itu keluar dari Uni Eropa pada 31 Oktober, dengan mengatakan tidak ada jika, tidak ada tapi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News