Adapun penggunaan itu mulai dari iPhone hingga peralatan militer. Perang dagang AS-Tiongkok meningkat tajam dalam beberapa hari terakhir setelah Washington mencap Beijing sebagai manipulator mata uang untuk pertama kali sejak 1994, dan mengatakan akan memberlakukan tarif tambahan 10 persen pada sisa USD300 miliar impor Tiongkok, mulai 1 September.
Mengutip Antara, Kamis, 8 Agustus 2019, langkah-langkah itu menyentak pasar keuangan dan memicu kekhawatiran tentang resesi global. Imbal hasil obligasi AS turun dengan imbal hasil obligasi Pemerintah AS bertenor 30 tahun mendekati rekor terendah, di tengah meningkatnya kekhawatiran penurunan global.
Selain itu, juga dikarenakan spekulasi Federal Reserve harus memangkas suku bunga lebih jauh untuk menghadapi risiko resesi yang semakin besar. Trump mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa reaksi pasar telah diantisipasi, tetapi ia tetap percaya diri pada kekuatan ekonomi AS.
"Pada akhirnya, itu akan menjadi jauh lebih tinggi daripada yang pernah terjadi, karena Tiongkok seperti jangkar pada kita. Tiongkok membunuh kita dengan kesepakatan dagang yang tidak adil," kata Trump.
Para pejabat Gedung Putih mengatakan mereka masih mengharapkan para perunding Tiongkok datang ke Washington pada September untuk mengadakan pembicaraan, dan bahwa tarif terbaru masih dapat dihindari jika dua ekonomi terbesar dunia itu membuat kemajuan dalam perjanjian perdagangan.
Tetapi harapan untuk kesepakatan meredup dan tekanan domestik meningkat bagi Trump untuk memutuskan kesepakatan dengan Beijing. Goldman Sachs mengatakan pihaknya tidak lagi memperkirakan AS dan Tiongkok mencapai kesepakatan sebelum pemilihan presiden November 2020 mengingat garis yang lebih keras sedang dikejar oleh kedua belah pihak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News