Ilustrasi (JUSTIN TALLIS/AFP)
Ilustrasi (JUSTIN TALLIS/AFP)

Usai Brexit

Inggris-AS Berencana Kerja Sama di Bidang Penerbangan

Angga Bratadharma • 28 Mei 2018 11:03
London: Inggris akan menandatangani perjanjian open skies dengan Amerika Serikat (AS) pada musim panas ini. Kerja sama tersebut berkaitan dengan pembuatan pesawat terbang antara kedua negara setelah Brexit. Tidak ditampik, persoalan Brexit masih menjadi pembahasan panjang karena bisa berdampak terhadap tertekannya perekonomian Inggris.
 
Surat kabar Sunday Telegraph mengutip empat sumber di London dan Washington yang menjelaskan tentang perundingan dan mengatakan bahwa kesepakatan itu dekat setelah konsensus dicapai pada isu-isu terbesar untuk diperdebatkan. Ada harapan kerja sama ini bisa memberikan keuntungan baik bagi Inggris maupun bagi AS.
 
"Perunding Inggris dan AS telah sepakat bahwa maskapai penerbangan transatlantik utama harus ditutup meskipun mereka adalah milik asing -istirahat dengan aturan normal," kata surat kabar utama Inggris itu, seperti dikutip dari Xinhua, Senin, 28 Mei 2018.

"Itu berarti penerbangan dari Virgin, Norwegia Air dan pemilik British Airways IAG -semua milik mayoritas di luar Inggris dan AS- akan berlanjut setelah Brexit," tambahnya. Inggris juga menawarkan pada prinsipnya untuk memasukkan wilayah luar negerinya dalam perjanjian, sesuatu yang tidak dicakup oleh EU-AS saat ini dalam perjanjian open skies.
 
Uni Eropa-AS dalam perjanjian open skies dibawa 10 tahun lalu guna menyediakan aturan seragam untuk maskapai penerbangan dan bandara, dan telah menyebabkan peningkatan 18 persen dalam lalu lintas transatlantik dari 2006 hingga 2016.
 

 
Ini memungkinkan maskapai penerbangan Uni Eropa dan maskapai penerbangan lain dari Amerika Serikat untuk terbang di antara titik mana pun di Uni Eropa dan titik mana pun di Amerika Serikat. Kesepakatan itu juga secara efektif memungkinkan pasar bebas menetapkan harga dan jumlah penerbangan ke dan dari negara-negara lain.
 
Namun hambatan muncul ketika para perunding AS hanya menawarkan perjanjian bilateral dasar ketika Inggris keluar dari Uni Eropa. Perjanjian standar biasanya mengharuskan maskapai penerbangan menjadi mayoritas dimiliki dan dikendalikan oleh perusahaan dari negara asalnya.
 
Namun British Airways dan Virgin Atlantic tidak termasuk dalam kategori itu, yang mendorong kekhawatiran penerbangan bisa terpengaruh. Biasanya, hak pendaratan untuk transaksi bilateral hanya akan berlaku untuk sejumlah penerbangan tetap per minggu ke tujuan tetap.
 
Pembicaraan putaran baru diharapkan akan berlangsung bulan depan dengan para pejabat dan sumber industri yang ditempatkan dengan baik semakin yakin kesepakatan dalam jangkauan. "Kami bisa mendapatkan kesepakatan sekarang jika kami menginginkannya," kata salah satu sumber kabinet Inggris seraya menambahkan Inggris mempertahankan konsesi tambahan.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan