Reuters melansir, Selasa (17/2/2015), runtuhnya utang Yunani secara tiba-tiba menimbulkan keraguan mengenai masa depan dan mata uang dari "Negeri Dewa" tersebut. Pemerintah sayap kiri baru bersumpah untuk memberi bantuan sebanyak 240 miliar euro atau setara USD272,4 miliar dengan mengembalikan kebijakan penghematan dan kerja sama dengan Uni Eropa/IMF.
Menteri Keuangan Belanda, Jeroen Dijsselbloem, yang memimpin pertemuan tersebut mengatakan Athena telah meminta perpanjangan, jika bailout akan berakhir pada akhir bulan. Namun, Yunani dan perbankan nantinya akan menghadapi krisis uang tunai yang signifikan.
Berapa lama Yunani bisa menjaga diri tanpa dukungan asing, tidak bisa dipastikan. Mata uang Euro jatuh terhadap dolar AS setelah pembicaraan terputus. Namun untung saja Wall Street ditutup untuk liburan, di mana pada pembukaan perdagangan Selasa waktu setempat, investor di pasar saham baru akan merasakan dampaknya.
Selanjutnya, Bank Sentral Eropa memutuskan apakah akan mempertahankan pinjaman darurat kepada bank-bank Yunani, yang diprediksi memakan biaya lebih dari dua miliar euro (USD2,27 miliar). Negara tersebut menghadapi beberapa pengembalian pinjaman yang cukup berat dan jatuh tempo pada Maret.
Yunani tampaknya bertekad untuk tidak terintimidasi oleh suara-suara yang dihembuskan menteri Uni Eropa, bahwa ia harus menelan harga diri Yunani dan datang kembali untuk meminta perpanjangan pinjaman.
Menteri Keuangan Yunani, Yanis Varoufakis, yang berada dari sayap kiri ekonom akademik, menyuarakan keyakinannya bahwa kesepakatan tersebut akan dicapai dalam beberapa hari.
"Saya tidak ragu, bahwa dalam 48 jam ke depan, Eropa akan datang bersama-sama dan kita akan menemukan ungkapan yang diperlukan. Agar kita bisa melanjutkan dengan bekerja secara nyata," kata Varoufakis usai konferensi pers, di Brussel, Eropa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News