Menteri BUMN Erick Thohir. Foto : Medcom/Husen M.
Menteri BUMN Erick Thohir. Foto : Medcom/Husen M.

Erick Thohir Bidik Negosiasi Kilang dengan Aramco Kelar Desember

Suci Sedya Utami • 29 Oktober 2019 20:37
Jakarta: Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memberi target penyelesaian negosiasi antara PT Pertamina (Persero) dan Saudi Aramco terkait proyek Kilang Cilacap selambatnya pada Desember 2019.
 
Pasalnya saat ini negosiasi antara dua belah pihak masih buntu. Awalnya batas akhir negosiasi kerja sama tersebut seharusnya berakhir pada akhir Juni kemarin. Kemudian Pertamina meminta perpanjangan waktu tiga bulan hingga September. Tapi nyatanya hingga Oktober diberikan lagi perpanjangan dan hingga kini masih tidak kunjung menghasilkan kesepakatan antara keduanya.
 
"Kita usahakan tahun ini kalau bisa sudah ada kesepakatan agreement-nya. Ini sedang kami push," kata Erick ditemui di Kemenko Maritim, Jakarta Pusat, Selasa, 29 Oktober 2019.

Mantan Presiden Inter Milan ini mengatakan ada pembicaraan khusus antara kedua belah pihak dari negara yang berbeda yakni antar Indonesia dan Arab Saudi. Hingga saat ini memang belum ada strategi lain selain bermitra dengan Aramco. Namun jika hingga Desember tidak juga menemukan kata sepakat, lanjut Erick, pihaknya bakal menggunakan alternatif lain termasuk mencari mitra baru.
 
"Sampai Desember kami lihat sepakat atau tidak. Kalau tidak, kami cari alternatif lain, bisa jadi partner lain juga. Tapi kami usahakan disepakati oleh kedua negara," jelas Erick.
 
Sebelumnya Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengakui negosiasi proyek refinery development master plan (RDMP) atau pengembangan Kilang Cilacap masih buntu saat pembahasan valuasi aset. Nicke bilang hingga kini belum ada titik temu antara kedua belah pikah mengenai valuasi atau harga proyek tersebut. Masing-masing pihak masih belum sepakat mengenai usulan nilai yang diajukan.
 
Pertamina dan Aramco pun sebenarnya telah membentuk tim valuasi sebagai pihak ketiga untuk menyelesaikan masalah valuasi tersebut. Direktur Keuangan Pertamina Pahala Mansyuri mengatakan perhitungan valuasi didasari pada asumsi harga minyak (crude) di masa mendatang. Kemudian asumsi besaran produk yang akan dihasilkan dari kilang tersebut.
 
"Jenis crude apa yang akan digunakan, jadi memang asumsinya cukup beragam," ujar Pahala.
 
Untuk revitalisasi Kilang Cilacap, Pertamina membutuhkan dana sekitar USD5,66 miliar. Sementara Aramco hanya menilai proyek sebesar USD2,8 miliar atau hampir separuhnya.
 
Alternatif konsep coba ditawarkan Pertamina pada perusahaan asal Negeri Raja Salman tersebut. Sebab proyek RDMP ini mencakup peningkatan kapasitas kilang eksisting menjadi 400 ribu barel dan peningkatan kualitas produk kilang hingga Euro V.
 
Direktur Mega Proyek dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang mengatakan pihaknya akan mengandalkan pendanaan dari pinjaman dan mencari equity patner untuk mendanai RDMP Cilacap.
 
"Pendanaan tidak masalah. Kami pendanaan project financing untuk bangun kilang itu pinjaman 65-70 persen, sisanya equity. Itu pun fleksibel karena kami bisa mencari equity partner seperti di Balikpapan," kata Ignatius.
 
Opsi lainnya yakni pencarian partner akan dilakukan sambil proyek tersebut dikerjakan. Jikalau tidak juga menemukan parter, maka Pertamina akan mengerjakan sendiri. Dengan diambil alih oleh Pertamina, Igantius yakin proyek RDMP Cilacap bisa selesai lebih cepat dari target pada tahun 2026.
 
"Tapi kalau kami yang kerjakan duluan, porsinya Pertamina bisa 2025," jelas dia.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan