AirAsia mempunyai rekam jejak catatan keamanan penerbangan yang bagus -- MI/RAMDANI
AirAsia mempunyai rekam jejak catatan keamanan penerbangan yang bagus -- MI/RAMDANI

AirAsia, Maskapai dengan Catatan Keamanan Nyaris 'Tanpa Cacat'

Ade Hapsari Lestarini • 04 Januari 2015 11:08
medcom.id, Singapura/Kuala Lumpur: AirAsia, maskapai penerbangan yang sedang mengalami masa sulitnya ini terdeteksi sebagai maskapai yang mempunyai catatan keamanan bagus.
 
Grup AirAsia bahkan memiliki catatan keamanan yang hampir tanpa cacat hingga musibah itu datang pada Minggu, 28 Desember 2014. Catatan keamanan itu dibandingkan dengan pesaingnya seperti Malaysia Airlines dan operator asal Indonesia seperti Lion Air dan Garuda Indonesia yang telah kehilangan beberapa pesawat dalam kecelakaan selama dekade terakhir.
 
"Tony Fernandes dan AirAsia sangat dihargai di industri penerbangan. Maskapai ini sangat sukses dan memiliki catatan keamanan yang sangat baik," kata Direktur JLS Consulting yang berbasis di London, John Strickland, seperti dilansir dari Reuters, Minggu (4/1/2015).

Grup AirAsia, mencakup afiliasi di beberapa negara di Asia seperti Thailand, Filipina, dan India, ini telah menjadi pesaing utama untuk operator regional seperti Malaysia Airlines, Singapore Airlines, dan Qantas.
 
Maskapai terbesar di Asia Tenggara seperti Lion Air dan AirAsia, telah menjadi pemimpin dalam pembelian pesawat Boeing dan Airbus. Aksi keduanya bahkan mencetak rekor karena membukukan pemesanan mencapai puluhan miliar dolar Amerika Serikat (AS). Kedua maskapai ini pun berlomba-lomba mendapatkan penumpang untuk terbang di wilayah yang diperkirakan akan mengambil alih posisi Amerika Serikat (AS) sebagai pasar penerbangan terbesar.
 
Memiliki 475 pesawat yang dipesan atau dikirimkan, AirAsia telah muncul sebagai pelanggan terbesar Airbus di Asia. Pesanan pembelian Airbus yang begitu besar membuat AirAsia sempat mendapat cap memberi subsidi ilegal antara Airbus dan Boeing di dunia perdagangan.
 
Fernandes membangun AirAsia dimulai dengan hanya dua pesawat saja pada 2001. Kini, dia menjadi 'raja' di industri maskapai penerbangan yang mengoperasikan lebih dari 180 pesawat selama lebih dari satu dekade. Fernandes kini menghadapi tantangan terbesar di depan mata akibat musibah tersebut.
 
Impian menjalankan maskapai penerbangan harus membuat Fernandes bangun sejenak. "Ini adalah mimpi terburuk saya. Tetapi saya tidak akan berhenti," kata Fernandes pada laman Twitter-nya, sesaat setelah mendengar AirAsia QZ8501 menghilang kepada satu juta pengikutnya.
 
"Saya sebagai CEO grup, akan berada di sana melalui masa-masa sulit itu. Kami akan melalui cobaan yang mengerikan ini bersama-sama," kicaunya.
 
Sekadar informasi, AirAsia menghilang setelah pilot meminta untuk mengubah arah demi menghindari cuaca buruk. Indonesia AirAsia sebanyak 49 persen sahamnya dimiliki oleh AirAsia Bhd, Malaysia, serta investor lokal memegang sisanya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan