Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. FOTO: Medcom.id/Husen Miftahudin
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. FOTO: Medcom.id/Husen Miftahudin

Konklusi Perundingan RCEP Diharap Tercapai November 2019

Ilham wibowo • 10 September 2019 15:05
Bangkok: Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menyatakan penyelesaian perundingan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Patnership/RCEP) akan membawa dampak positif bagi peningkatan nilai perdagangan dan investasi di kawasan, khususnya bagi Indonesia.
 
Untuk itu, konklusi perundingan RCEP harus dipastikan tercapai pada November 2019. Penegasan tersebut diungkapkan Enggar usai menghadiri Pertemuan Menteri RCEP ke-7 di Bangkok, Thailand. Pertemuan yang dihadiri 16 Menteri Negara RCEP tersebut bertujuan meninjau perkembangan perundingan RCEP hingga saat ini.
 
Selain itu, untuk menentukan langkah dan strategi dalam mencapai target penyelesaian RCEP secara substansial pada November 2019.  Menteri Negara RCEP terdiri dari 10 Menteri Ekonomi ASEAN dan enam Menteri Negara Mitra Perdagangan Bebas (Free Trade Agreement/FTA) ASEAN, yaitu Australia, India, Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, dan Selandia Baru.

“Dengan diselesaikannya perundingan RCEP tahun ini, dapat memberikan sinyal positif terhadap kepastian dan stabilitas perkembangan pasar dunia yang diharapkan akan meningkatkan nilai perdagangan dan investasi di kawasan RCEP, khususnya bagi Indonesia,” ucap Enggar, melalui keterangan resminya, Selasa, 10 September 2019.
 
Enggar yang bertindak sebagai Koordinator Negara RCEP menggarisbawahi tentang kekuatan perundingan RCEP yang merupakan pakta regional terbesar dunia dan konklusinya signifikan bagi perekonomian dunia. Pasalnya RCEP mencakup 47,4 persen populasi dunia; 32,2 persen ekonomi global; 29,1 persen perdagangan global; dan 32,5 persen arus investasi global.
 
Menurut Enggar setelah tujuh tahun berunding, perundingan RCEP saat ini berada di titik point of no return. Penyelesaiannya pada tahun ini sangat mendesak, apabila tidak, perundingan RCEP akan kehilangan momentum penting yang dapat mendorong perubahan dan kemajuan perekonomian dunia.
 
Selain itu, tekanan perdagangan dunia saat ini semakin mengarah pada aksi tidak sehat, yaitu retalisasi. Perundingan yang dapat diselesaikan pada tahun ini diharapkan akan memberikan dampak positif terhadap kondisi perlambatan ekonomi, proteksionisme, dan sentimen antiperdagangan.
 
“Para Menteri RCEP telah membahas langkah dan strategi penyelesaian atas sejumlah isu penting dan fundamental yang harus dicakup dalam Perjanjian RCEP, namun sulit disepakati ke-16 Negara Peserta RCEP. Salah satunya penemuan solusi menghadapi satu atau dua negara yang memiliki posisi yang banyak memiliki perbedaan dengan negara mayoritas,” tegasnya.
 
Pertemuan berlangsung intensif dalam format ASEAN Caucus dan ASEAN TROIKA Plus (AEM Chair, Country Coordinator, dan TNC Chair, serta AEM Singapura) dinilai produktif dan berhasil menjaga komitmen ke-16 negara pesertanya untuk memastikan penyelesaian perundingan pada November 2019.
 
Peran Indonesia dan Singapura dalam mendorong hal ini sangat dirasakan oleh seluruh Negara peserta RCEP, khususnya India sebagai peserta yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan isu-isu spesifiknya.  Pertemuan dengan pendekatan ASEAN TROIKA bersama masing-masing Negara FTA ASEAN juga dirasakan cukup efektif dalam mencapai target.
 
Mendag sangat optimistis perundingan RCEP akan dapat diselesaikan secara substansial pada November 2019. Hal ini berkat dukungan dan komitmen para Menteri Negara Peserta RCEP yang disampaikan secara jelas melalui pemberian mandat penuh kepada para negosiator di setiap tingkatan perundingan agar memberikan fleksibilitas untuk menyelesaikan perundingan.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan