AS dan Tiongkok telah dikunci dalam pertarungan tarif sejak awal 2018 dan kedua negara telah mengenakan sanksi pada impor satu sama lain. Awal bulan ini, Tiongkok mengatakan pertumbuhan PDB kuartal kedua adalah 6,2 persen atau tingkat kuartalan paling lambat dalam 27 tahun.
Meski demikian, Kepala Ekonom Tiongkok International Capital Corporation Liang Hong mengatakan, Pemerintah Tiongkok telah melakukan uoaya yang cukup untuk mendukung perekonomian. Tentu ada harapan agar pertumbuhan ekonomi tidak kembali melambat seiring sejumlah langkah yang sudah dilakukan.
"Saya pikir banyak orang lupa bahwa Pemerintah Tiongkok di tahun ini telah meluncurkan pemotongan pajak penghasilan pribadi (dan) banyak pemotongan pajak lainnya," kata Hong, seperti dikutip dari CNBC, Sabtu, 27 Juli 2019.
Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang mengumumkan pemotongan pajak senilai hampir dua triliun yuan (USD290,66 miliar) pada Maret tahun ini, dan negara itu ditetapkan untuk melebihi target pemotongan pajak sebesar 1,3 triliun yuan pada 2018.
"Itu telah mendukung permintaan domestik, terutama permintaan konsumen," kata Liang, menunjuk penjualan ritel, yang mengejutkan pasar dengan kenaikan 9,8 persen pada Juni dibandingkan dengan tahun lalu. Analis mengharapkan kenaikan 8,3 persen.
Adapun efek dari pemotongan pajak masih memberi sentimen positif melalui sistem dan akan menambah kepercayaan. Bahkan, dia memproyeksikan, pemangkasan pajak akan cukup untuk mengimbangi perlambatan yang disebabkan oleh tarif AS pada barang-barang Tiongkok.
Risiko sekarang untuk Tiongkok, Liang menambahkan, adalah bahwa AS meluncurkan tarif baru untuk barang-barang Tiongkok, atau pelemahan secara tidak sengaja diperkenalkan ketika regulator bekerja untuk meningkatkan sistem keuangan.
"Tetapi jika kita hanya berbicara tentang tarif dan dampak negatifnya pada perdagangan, kami pikir pemotongan pajak sudah cukup," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News