Beberapa negara yang dipimpin oleh Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar pada Juni 2017 dan menuduh dengan mendukung terorisme. Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir memberlakukan blokade di negara tetangga mereka di Timur Tengah, menutup perbatasan darat, laut dan udara mereka dengan Qatar.
"Ini adalah krisis sia-sia yang dibuat oleh tetangga kita. Beberapa di antaranya adalah pemain regional utama yang dulu diyakini dapat menstabilkan faktor-faktor di panggung dunia," kata Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, mengatakan dalam sebuah pidato di Munich Security Conference, Jerman, seperti dikutip dari CNBC, Senin, 19 Februari 2018.
Emir Qatar menambahkan dengan menyebarkan dampak tindakan ilegal dan agresif yang diberlakukan pada rakyat maka Qatar mempertahankan kedaulatannya. Blokade yang gagal ini menunjukkan bagaimana negara-negara kecil dapat menggunakan diplomasi dan perencanaan ekonomi strategis untuk mengatasi badai agresi dari tetangga yang lebih besar dan ambisius.
Al Thani meminta lebih banyak kerja sama dan kesepakatan antara negara-negara Arab, dan mengatakan bahwa negara-negara di Timur Tengah harus mempromosikan aliran bantuan kemanusiaan antarwilayah, akses ke tempat-tempat keagamaan untuk semua agama dan pencegahan penodaan situs bersejarah dan religius.
"Timur Tengah berada di ambang batas. Sekarang saatnya untuk mengembalikannya dan kita semua di sini, terutama mereka yang lebih menikmati kekuasaan dan kekayaan, memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan konflik. Timur Tengah akan membutuhkan pertolongan, dari internasional yang lebih besar untuk sukses dalam misi semacam itu," tuturnya.
Blokade Teluk memiliki dampak jangka pendek yang dalam pada Qatar, mengisolasinya secara ekonomi dari tetangganya. Sekretaris Negara AS Rex Tillerson pada bulan lalu meminta koalisi pimpinan Arab Saudi untuk menyelesaikan perselisihannya dengan Qatar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News