Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, saat ini arah kebijakan pemerintah adalah membuka pasar ekspor nontradisional seperti Afrika Selatan khususnya untuk meningkatkan ekspor nonmigas serta menjalin kerja sama ekonomi dengan mitra baru.
baca : Indonesia dan Afrika Selatan Bahas Kerja Sama Perdagangan
"Afrika Selatan merupakan salah satu negara yang kita perhatikan. Indonesia dan Afrika Selatan akan bekerja lebih dekat dalam mengidentifikasi potensi ekonomi dan juga mencari solusi dari kendala perdagangan, jika ada," kata Enggartiasto dikutip dari Antara, Minggu 23 Juli 2017.
Kesepakatan terkait identifikasi tersebut muncul setelah kedua negara melakukan Joint Trade Committee (JTC). Salah satu poin yang akan diidentifikasi oleh kedua negara adalah tingkat kecocokan struktur ekspor impor antara Indonesia dengan Afrika Selatan dan sebaliknya.
Pemerintah Afrika Selatan menyatakan bahwa identifikasi potensi ekonomi perlu dilakukan untuk mencari gambaran apakah selama ini kendala perdagangan akibat permasalahan tariff atau nontariff.
Sementara Indonesia mengharapkan Afrika Selatan untuk bisa memulai perundingan terkait kesepakatan South African Custom Union Preferential Trade Agreement (SACU-PTA). SACU beranggotakan lima negara yakni Botswana, Lesotho, Namibia, Swaziland dan Afrika Selatan.
Bea masuk impor untuk produk Indonesia di Afrika Selatan berkisar 20-40 persen, hal tersebut tentunya mengurangi daya saing produk dalam negeri karena tidak mendapatkan perlakuan yang wajar. Afrika Selatan mengatakan bahwa segala keputusan tentan penyesuaian tariff harus disetujui oleh seluruh anggota SACU.
Keinginan Indonesia untuk mencapai kesepatakan PTA dengan anggota SACU tersebut diharapkan dapat mendukung komunitas bisnis Indonesia dan Afrika Selatan dalam memperbesar pengembangan usaha di kedua negara.
"Pasar Afrika Selatan merupakan salah satu target dan tujuan utama ekspor Indonesia yang diharapkan meningkat untuk kedepannya," kata Enggartiasto.
Total perdagangan kedua negara pada 2016 baru pada kisaran USD1 miliar. Dari total nilai perdagangan tersebut, nilai ekspor mencapai USD727,8 juta dan impor senilai USD290,8 juta, sehingga Indonesia mengantongi surplus sebesar USD437 juta.
Pemerintah Indonesia berupaya untuk meningkatkan nilai ekspor dan juga peluang investasi dari kedua belah pihak. Presiden Joko Widodo dan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma pada Maret 2017 telah melakukan pertemuan bilateral di Jakarta, dan sepakat segera membahas hambatan penurunan tariff atau nontariff untuk produk dan komoditi unggulan.
Produk ekspor Indonesia ke Afrika Selatan antara lain kelapa sawit, karet, otomotif produk, bahan kimia, sepatu, dan kakao. Sementara produk impor Indonesia dari Afrika Selatan adalah bubuk kayu, alumunium, buah-buahan, dan tembaga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News