Mengutip CNBC, Sabtu, 22 Juni 2019, kemungkinan New Hampshire kehilangan bisnis dan memaksa beberapa kota kecil untuk membatalkan pertunjukkan kembang api Fourth of July mereka. Sedangkan pembuat sepeda motor Minnesota memperingatkan bahwa tarif menekan bisnis di mana pihak asing tidak perlu membayar pajak untuk suku cadang Tiongkok.
Seorang perancang dan distributor barang-barang peralatan rumah tangga Los Angeles mengatakan harus memperpanjang pembekuan perekrutan dan menunda rencana ekspansi ke gudang yang lebih besar akibat pemberlakuan tarif dari AS untuk Tiongkok. Tentu ada harapan agar perang tarif ini bisa segera dihentikan demi kepentingan bersama.
Pemerintah AS, di tengah-tengah perang dagang yang dimulai dengan Beijing, telah meminta respons tentang rencananya untuk memperluas tarif 25 persen untuk semua barang yang dikirimkan Tiongkok ke Amerika Serikat. Hal ini sejalan dengan Beijing yang dianggap AS tidak mau mengikuti keinginan atas nama keamanan nasional.
Ratusan pebisnis, kelompok perdagangan, dan perorangan telah menulis keluhan bahwa pajak impor tambahan akan menaikkan harga bagi konsumen, menekan laba. Ini membuat perusahaan AS berada pada posisi yang tidak menguntungkan bagi pesaing asing yang tak dikenakan pajak lebih tinggi pada komponen vital yang dibeli dari Tiongkok.
Mereka memohon Administrasi AS untuk memikirkan kembali perluasan tarif -atau setidaknya menolerir impor tertentu yang mereka dan pelanggan andalkan. Beberapa pihak akan muncul secara langsung untuk menyampaikan keluhan mereka dalam tujuh hari audiensi di Washington.
Tema umum dalam permohonan mereka adalah bahwa bisnis-bisnis Amerika -bukan Tiongkok, seperti yang sering ditegaskan Trump- harus membayar pajak impor yang dikenakan oleh Presiden pada barang-barang Tiongkok. Dan pada akhirnya, banyak dari perusahaan-perusahaan ini akan memberikan biaya yang lebih tinggi kepada pelanggan mereka.
Trump telah mengenakan tarif 25 persen pada impor Tiongkok senilai USD250 miliar. Tujuannya adalah menekan Beijing guna berhenti mencuri teknologi Amerika, memaksa bisnis AS untuk menyerahkan rahasia dagang dan memberikan subsidi secara tidak adil kepada perusahaan teknologi Tiongkok.
Sebelas putaran negosiasi telah gagal menyelesaikan perselisihan tentang upaya agresif Tiongkok untuk melampaui dominasi teknologi Amerika. Pebisnis dan investor berharap negosiasi akan mendapatkan momentum jika Trump dan Presiden Xi Jinping mengadakan pertemuan tatap muka di KTT Kelompok 20 di Osaka, Jepang.
"Sebagian besar pebisnis berdoa untuk sebuah solusi. Hal-hal ini akan memiliki konsekuensi yang sangat besar. Kami sangat terhubung di dunia global ini," kata Patrik Berglund, yang melacak perdagangan global sebagai CEO Xeneta, sebuah perusahaan di Oslo, Norwegia, yang menyediakan data pada industri perkapalan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News