Ilustrasi. FOTO: Justin Solomon/CNBC
Ilustrasi. FOTO: Justin Solomon/CNBC

OPEC Revisi Perkiraan Pertumbuhan Permintaan Minyak

Angga Bratadharma • 14 September 2019 18:02
Riyadh: Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) merevisi turun perkiraan pertumbuhan permintaan minyak. Hal tersebut mau tidak mau menciptakan adanya kondisi untuk melakukan putaran kembali pengurangan produksi minyak dari kelompok produsen yang didominasi oleh Timur Tengah itu.
 
Mengutip CNBC, Sabtu, 14 September 2019, dalam laporan bulanannya, OPEC memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global untuk sisa tahun ini menjadi 1,02 juta barel per hari. Angka itu turun sebanyak 80 ribu barel per hari dari estimasi Agustus.
 
Kelompok ini, yang terdiri dari beberapa negara penghasil minyak paling kuat di dunia, mengaitkan penurunan permintaan dengan data ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan pada paruh pertama tahun ini dan memburuknya proyeksi pertumbuhan untuk sisa 2019.

Sedangkan pada 2020, OPEC melihat permintaan minyak dunia meningkat sebanyak 1,08 juta barel per hari. Ini mewakili penyesuaian ke bawah sebanyak 60 ribu barel per hari dari penilaian bulan sebelumnya, terutama mengakomodasi perubahan pada prospek ekonomi dunia.
 
Laporan itu muncul ketika OPEC dan mitra sekutu non-OPEC, kadang-kadang disebut sebagai OPEC+, bersiap untuk melakukan pertemuan di Abu Dhabi. Pertemuan ini kemungkinan memberikan petunjuk penting tentang seberapa jauh beberapa pemain paling kuat di OPEC bersedia mendapatkan harga yang tepat dengan pijakan yang lebih kuat.
 
Adapun koalisi penuh dari para produsen minyak dunia ini akan berkumpul lagi di Wina pada akhir tahun untuk memutuskan apakah diperlukan tindakan lebih lanjut untuk 2020 atau tidak. Sedangkan OPEC+ diharapkan menegaskan kembali komitmennya untuk menyeimbangkan pasar pada pertemuan 12 September.
 
Bersama Rusia dan produsen sekutu lainnya, OPEC sebelumnya setuju untuk mengurangi produksi sebesar 1,2 juta barel per hari pada awal 2019. Kesepakatan itu menggantikan putaran sebelumnya dari pengurangan produksi yang dimulai pada Januari 2017.
 
Sementara itu, mantan Menteri Perdagangan Amerika Serikat Carlos Gutierrez menilai adanya petunjuk mengenai putaran berikutnya perundingan perdagangan antara AS dan Tiongkok dapat menghasilkan beberapa terobosan memunculkan sedikit optimisme. Tentu ada harapan agar perang dagang yang sedang terjadi bisa segera terhenti.
 
Adapun tensi dagang kembali meningkat di September ini lantaran kedua negara saling mengenakan tarif tambahan pada barang impor masing-masing. Kondisi itu yang membuat banyak analis dan ekonom menurunkan harapan mereka bahwa AS dan Tiongkok dapat mencapai kesepakatan perdagangan dalam beberapa bulan mendatang.
 
Tetapi setelah kedua belah pihak kembali sepakat untuk bertemu pada awal Oktober di Washington untuk membahas perdagangan, Pemimpin Redaksi Global Times Hu Xijin mengatakan melalui cuitan di Twitter bahwa kemungkinan ada lebih banyak terobosan. Akun Twitter Hu secara luas mengikuti perkembangan tentang perang dagang.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan