Mengutip Xinhua, Sabtu, 28 April 2018, setelah pertemuan dewan kebijakan dua hari, bank sentral memilih untuk mempertahankan kebijakan moneternya yang ultra mudah. Hal itu karena sasaran inflasi dua persen yang tinggi masih jauh, meskipun perekonomian mengalami kenaikan yang relatif stabil.
Dewan juga memutuskan untuk mempertahankan tingkat kontrol kurva imbal hasil minus 0,1 persen dan pembelian obligasi pemerintah yang bertujuan membimbing imbal hasil 10 tahun menjadi sekitar nol persen. BoJ juga memutuskan untuk mempertahankan pembeliannya dari dana yang diperdagangkan di bursa dan aset berisiko lainnya.
Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda mengatakan pada konferensi pers setelah pertemuan dua hari bahwa target inflasi dua persen pada 2019 masih dapat dicapai, tetapi referensi itu ditarik dari prospek ekonomi kuartalannya karena pasar keuangan mengambil tanggal yang sulit terkait tenggat waktu.
"Kerangka waktu itu selalu perkiraan, bukan tenggat waktu yang mengikat untuk memenuhi tujuan kami. Tetapi beberapa pelaku pasar menafsirkan kerangka waktu sebagai tenggat waktu dan mengikatnya dengan tindakan kebijakan moneter," kata Kuroda.
Kuroda menambahkan Jepang masih berjuang dengan tekanan deflasi dan dalam hal prospek harga ada terlalu banyak variabel untuk memberikan batas waktu yang keras. "Kenyataannya, butuh waktu untuk mencapai dua persen inflasi dan ada berbagai ketidakpastian terhadap prospek harga. Tidak pantas bagi pasar untuk terlalu fokus pada kerangka waktu," kata Kuroda.
Dia menambahkan jika ekonomi kehilangan momentum untuk mencapai target inflasi dua persen, BoJ akan mempertimbangkan kebijakan pelonggaran lebih lanjut. "Kami menghapus kerangka waktu untuk menangkap kesalahpahaman pasar bahwa kerangka waktu secara langsung terkait dengan kebijakan moneter," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id