Menurut Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi, emas seperti instrumen investasi lainnya yang bisa turun nilainya sesuai kondisi perekonomian dan geopolitik.
"Artinya misal saat terjadi perang ada lompatan tinggi, nanti menurunnya juga tinggi. Saya melihat naiknya mulai tidak wajar," ujarnya saat dihubungi Medcom.id, Rabu, 8 Januari 2019.
Ibrahim menambahkan konflik AS-Iran bukanlah faktor utama yang membuat harga emas naik. Menguatnya logam mulia sudah terlihat sejak Desember 2019 saat Trump memberi sinyal kesepakatan dagang fase satu AS-Tiongkok akan ditandatangani pada 15 Januari 2020.
Namun, ketika konflik AS-Iran mencuat, ada kemungkinan kesepakatan dagang fase satu AS-Tiongkok batal atau mundur mengingat Iran adalah sekutu Tiongkok. Hal ini yang berpotensi membuat harga emas bisa turun sewaktu-waktu.
"Kalau nggak ada kesepakatan, kemungkinan akan terjadi penurunan harga emas," imbuhnya.
Adapun hari ini, harga emas milik PT Aneka Tambang (Antam) terpantau menguat seiring naiknya harga emas dunia. Harga emas pada perdagangan Rabu berada di level Rp806 per gram atau melesat Rp15 ribu dibandingkan dengan perdagangan di hari sebelumnya di posisi Rp791 ribu per gram.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News