Ilustras. FOTO: scmp
Ilustras. FOTO: scmp

Tiongkok Klaim Beli Produk Pertanian AS dalam Jumlah Besar

Ilham wibowo • 28 September 2019 21:01
Beijing: Pemerintah Tiongkok mengklaim telah membeli sejumlah besar produk pertanian Amerika Serikat (AS) seperti kedelai dan daging babi menjelang putaran perundingan perdagangan berikutnya di Washington. Langkah itu diambil guna memberi katalis positif rencana negosiasi berikutnya yang harapannya memicu kata sepakat terkait perdagangan.
 
Juru Bicara Kementerian Perdagangan Tiongkok Gao Feng mengatakan pada konferensi pers bahwa AS dan Tiongkok mempertahankan komunikasi yang erat dalam persiapan untuk negosiasi bulan depan. Dia membenarkan Tiongkok telah memulai kembali pembelian barang-barang pertanian Amerika dan mengatakan pengenaan tarif akan dikecualikan.
 
"Sikap Tiongkok selalu konsisten dan jelas, berharap pihak AS akan bertemu dengan Tiongkok," kata Gao, seperti dikutip dari CNBC, Sabtu, 28 September 2019.

Tiongkok menghasilkan USD5,9 miliar dalam ekspor produk pertanian AS pada 2018, menurut Sensus AS. Tiongkok adalah pembeli kedelai terbesar di dunia dan telah membeli sekitar 60 persen dari ekspor kedelai AS pad tahun lalu.
 
Ketegangan antara AS dan Tiongkok tampaknya telah berkurang menjelang perundingan perdagangan yang direncanakan pada Oktober ketika Presiden AS Donald Trump memberikan pembebasan tarif untuk banyak produk Tiongkok. Sedangkan Tiongkok juga membebaskan produk pertanian AS dan 16 jenis barang AS lainnya dari tarif tambahan.
 
Trump mengatakan kesepakatan perdagangan AS-Tiongkok dapat tiba lebih cepat dari yang diharapkan. Dia membuat komentar beberapa jam setelah rilis ringkasan rahasia pembicaraan teleponnya dengan Presiden Ukraina di tengah penyelidikan Demokrat.
 
Di sisi lain, Kepala Eksekutif Warburg Pincus Charles Kaye memperkirakan ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok bakal berlarut-larut selama dekade berikutnya, sehingga investor harus belajar untuk beroperasi di bawah ketidakpastian yang berkepanjangan. Meski demikian, tetap ada harapan agar ketegangan segera hilang demi kepentingan bersama.
 
Dua ekonomi teratas dunia ini telah terlibat dalam perang dagang yang dimulai setahun lalu dengan dimulai pertarungan tarif. Namun, kondisi itu meluas ke bidang-bidang lain seperti teknologi. Ketika perselisihan berlanjut, banyak investor dan analis semakin menurunkan harapan mereka untuk kedua negara segera menemukan resolusi cepat.
 
"Ada banyak perdebatan tentang negosiasi perdagangan saat ini dan apakah kesepakatan terjadi atau tidak. Saya pikir pandangan yang lebih luas yang saya miliki adalah bahwa kita semua hanya perlu belajar untuk hidup dengannya," kata Charles Kaye.
 
"Kita harus hidup dengan ketidakpastian dan dinamika bahwa akan ada titik kolaborasi dan titik kontes, dan mudah-mudahan tidak ada yang berubah menjadi sesuatu yang entah bagaimana memiliki dimensi negatif untuk itu," pungkasnya.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan