Mengutip Xinhua, Jumat 27 Oktober 2017, kenaikan 0,4 persen kuartalan yang terlihat pada statistik Kantor Statistik Nasional (ONS) yang dirilis lebih kuat daripada perkiraan Bank of England (BOE) dan konsensus 0,3 persen.
Pertumbuhan di bawah tingkat rata-rata jangka panjang 0,6 persen, dengan output konstruksi turun, sebesar 0,7 persen pada kuartal tersebut, menyebabkan sektor ini mengalami resesi teknis menyusul penurunan yang sama pada kuartal kedua.
Namun, sektor manufaktur mencatat kenaikan kuartalan 1,0 persen yang kuat dan pertumbuhan di sektor yang menghadapi konsumen bertahan dengan baik meskipun tekanan pada pekerja gaji dirasakan sebagai kenaikan gigitan inflasi.
Sektor ritel merupakan salah satu pendorong utama pertumbuhan kuartalan 0,4 persen di sektor jasa. Dalam angka triwulanan, sektor industri produksi dan jasa menyelesaikan kuartal ini dengan kuat, mengindikasikan pertumbuhan PDB yang stabil pada kuartal terakhir tahun ini.
Kepala Ekonom Inggris EY Item Howard Archer, sebuah kelompok peramalan ekonomi di London mengatakan ini adalah negara dengan laju ekonomi yang berjuang untuk keluar dari jalur yang lambat. "Ketidakpastian Brexit telah memainkan perannya dalam kinerja ekonomi yang teredam," tuturnya.
Archer mengatakan bahwa penurunan poundsterling terhadap mata uang lain tahun lalu segera terjadi setelah referendum Brexit pada 23 Juni memicu inflasi. Angka terakhir minggu lalu menunjukkan inflasi pada September adalah tiga persen, meningkat tajam karena biaya impor dan biaya bahan baku meningkat akibat jatuhnya sterling.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News