Mengutip Xinhua, Sabtu, 10 Agustus 2019, indeks USD, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,13 persen menjadi 97,4958 pada akhir perdagangan. Pada akhir perdagangan New York, euro meningkat menjadi USD1,1207 dari USD1,1186 pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi USD1,2055 dari USD1,2133 pada sesi sebelumnya.
Dolar Australia turun menjadi USD0,6791 dibandingkan dengan USD0,6805. Dolar AS membeli 105,57 yen Jepang atau lebih rendah dibandingkan dengan 105,97 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9722 franc Swiss dibandingkan dengan 0,9751 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3208 dolar Kanada dari 1,3239 dolar Kanada.
PDB Inggris mengalami kontraksi 0,2 persen di kuartal II-2019 dibandingkan dengan kuartal pertama, angka yang dirilis oleh Kantor Statistik Nasional (ONS). Ini adalah kejatuhan terbesar dan kontraksi pertama untuk pertumbuhan ekonomi Inggris sejak 2012. Angka tersebut juga lebih lemah dari ekspektasi pasar dan perkiraan terbaru Bank of England.
Sementara itu, indeks Dow Jones Industrial Average turun sebanyak 90,75 poin atau 0,34 persen menjadi 26.287,44. Sedangkan S&P 500 turun sebanyak 19,44 poin atau 0,66 persen menjadi 2.918,65. Indeks Komposit Nasdaq turun 80,02 poin atau satu persen menjadi 7.959,14.
Sebanyak delapan dari 11 sektor S&P 500 utama terpantau menurun. Sektor teknologi dan energi masing-masing turun 1,25 persen, dua penghambat teratas. Sementara sektor kesehatan dan real estat masing-masing naik 0,18 persen dan 0,07 persen. Solusi Skyworks dan Teknologi Mikron masing-masing ditutup melemah 3,43 persen dan 2,6 persen.
Investor tetap khawatir bahwa ketegangan perdagangan AS-Tiongkok dapat meningkat dan memengaruhi ekonomi global yang sudah melambat sepanjang minggu setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa ia akan menempatkan tarif tambahan 10 persen pada sisa impor Tiongkok senilai USD300 miliar mulai dari 1 September.
Analis mengatakan ekonomi AS akan lebih langsung terkena dampak karena tarif baru menargetkan barang-barang ritel bersama dengan barang-barang konsumen lainnya. Tarif juga akan menyeret kepercayaan perusahaan, pengeluaran modal, dan pertumbuhan global dalam waktu dekat.
Di sisi pendapatan, Uber melaporkan hasil pendapatan kuartalan yang meleset dari ekspektasi pasar. Perusahaan tersebut tercatat mengalami rugi bersih terdilusi USD4,72 per saham atas pendapatan USD3,17 miliar. Sahamnya turun 6,8 persen pada Jumat waktu setempat.
Di sisi lain, Analis Grup Eurasia menilai langkah mengejutkan Presiden AS Donald Trump yang memberlakukan tarif baru pada Tiongkok adalah kesalahan serius dalam membaca poin yang diberikan Beijing. Sejauh ini, negosiasi perdagangan antara AS-Tiongkok masih belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan signifikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News