Mengutip CNBC, Sabtu, 15 Juni 2019, Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan nilai impor turun 0,3 persen pada bulan lalu, penurunan terbesar sejak Desember 2018. Data untuk April direvisi turun untuk menunjukkan nilai impor naik 0,1 persen dan bukannya naik 0,2 persen seperti yang dilaporkan sebelumnya.
Ekonom yang disurvei memperkirakan nilai impor turun 0,2 persen pada Mei. Dalam 12 bulan hingga Mei, nilai impor turun 1,5 persen setelah menurun 0,3 persen pada April. Laporan datang dan menunjukkan harga konsumen tetap jinak pada Mei, mendukung ekspektasi pasar keuangan bahwa the Fed akan menurunkan suku bunga tahun ini.
Seruan untuk pelonggaran kebijakan moneter didorong oleh ekonomi yang melambat dengan latar belakang memburuknya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Presiden AS Donald Trump pada awal Mei memberlakukan tarif tambahan hingga 25 persen pada USD200 miliar barang Tiongkok, mendorong pembalasan oleh Beijing.
Trump juga mengancam bea lebih lanjut pada impor Tiongkok jika tidak ada kesepakatan yang dicapai ketika ia bertemu Presiden Tiongkok Xi Jinping pada pertemuan puncak G20 bulan ini di Jepang. Tidak ditampik, perang dagang yang sedang terjadi memberikan efek negatif bagi kedua negara, termasuk perekonomian dunia.
Nilai impor tidak termasuk bea masuk. Pada Mei, harga bahan bakar dan pelumas impor turun 1,0 persen setelah naik 1,7 persen di bulan sebelumnya. Harga makanan impor turun 0,8 persen bulan lalu setelah melonjak 2,7 persen pada April.
Tidak termasuk bahan bakar dan makanan, nilai impor turun 0,2 persen pada Mei setelah jatuh 0,3 persen pada bulan sebelumnya. Apa yang disebut nilai impor inti turun 1,5 persen dalam 12 bulan hingga Mei. Meski dolar sedikit melemah tahun ini, keuntungannya tahun lalu terhadap mata uang mitra dagang utama Amerika Serikat terus menekan nilai impor inti.
Biaya barang modal impor turun 0,1 persen bulan lalu. Harga untuk barang-barang konsumsi impor tidak termasuk mobil tidak berubah. Biaya barang yang diimpor dari Tiongkok turun 0,1 persen bulan lalu setelah jatuh 0,2 persen pada April. Nilai turun 1,4 persen dalam 12 bulan hingga Mei, penurunan terbesar sejak Februari 2017.
Laporan itu juga menunjukkan nilai ekspor turun 0,2 persen pada Mei setelah mendorong 0,1 persen pada April. Nilai ekspor turun sebanyak 0,7 persen pada skala tahun ke tahun di Mei setelah naik 0,2 persen di April. Sedangkan harga kedelai anjlok 20,6 persen secara tahun ke tahun (YoY).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News