Beberapa pandangan menunjukkan seberapa luas the Fed beralih dalam menanggapi janji Presiden AS terpilih Donald Trump mengenai pemotongan pajak, belanja infrastruktur, dan deregulasi di industri jasa keuangan. Adapun kondisi itu sedikit banyak akan memengaruhi pergerakan tingkat suku bunga acuan.
Mengutip Reuters, Kamis 5 Januari, pembuat kebijakan di the Fed melihat jelas prospek kebijakan tersebut tetap tidak pasti, tapi jika kebijakan itu diterapkan maka akan memicu inflasi yang lebih tinggi dan akan membuat bank sentral AS menaikkan biaya pinjaman yang lebih agresif.
"Sekitar setengah dari peserta tergabung dalam asumsi kebijakan fiskal yang lebih ekspansif dalam ramalan mereka. Hampir semua juga menunjukkan bahwa risiko kenaikan target pertumbuhan ekonomi meningkat," menurut risalah dari pertemuan 13-14 Desember, mengacu pada 17 kebijakan yang sudah berpartisipasi.
Komite kebijakan pengaturan bank sentral secara bulat menaikkan suku bunga acuan pada bulan lalu dan pembuat kebijakan mengisyaratkan kecepatan yang lebih cepat dari kenaikan tingkat suku bunga acuan pada 2017 dari perkiraan sebelumnya. Hal itu dilihat sebagai reaksi pertama dari kemenangan Trump dalam pemilihan di 8 November.
Sebelumnya, Federal Reserve menaikkan tingkat suku bunga acuan pada Rabu waktu setempat (Kamis WIB) dan mengisyaratkan kecepatan yang lebih cepat dari kenaikan suku bunga acuan pada 2017. Kondisi itu menyesuaikan dengan janji-janji yang masuk dari kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Donald Trump.
Kenaikan tingkat suku bunga acuan di kisaran antara 0,50 persen dan 0,75 persen secara luas telah diharapkan. Namun, prospek pengetatan kebijakan moneter berkontribusi terhadap aksi jual beli oleh para investor dalam jangka pendek pada Treaseuries AS dan saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News