Sebelum referendum di Juni 2016 yang menetapkan Inggris dalam sebuah diskusi untuk keluar dari Uni Eropa (UE), banyak ahli dan lembaga keuangan global, misalnya, Dana Moneter Internasional (IMF), memperkirakan keputusan untuk meninggalkan blok 28 negara tidak akan hanya berbahaya bagi ekonomi Inggris, tapi juga bisa membuatnya menjadi resesi.
Mengutip Xinhua, Senin, 1 Januari 2018, tepat sebelum referendum, Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengatakan bahwa Bank Dunia telah menemukan tidak ada yang baik untuk dikatakan tentang Brexit, dan memperkirakan kemungkinan resesi ekonomi.
Bank sentral Inggris dan Bank of England (BoE) juga memperingatkan bahwa pemungutan suara Brexit bisa menimbulkan resesi. Namun, pada akhir 2017, jelas bahwa ketakutan bank sentral dan IMF, dan banyak komentator dan ahli lainnya, terlalu banyak serta tidak terbukti.
Perekonomian Inggris tumbuh sebesar 0,4 persen di kuartal III-2017 dan 1,8 persen per tahun. Tahun ini merupakan tahun yang sangat kuat bagi ekonomi global dengan tumbuh 1,8 persen dan masuk akal namun masih tertinggal di zona euro.
"Kondisi itu menjadikan Inggris salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi paling lambat. Ini adalah kinerja tengah jalan. Anda pasti berharap Inggris bisa melakukan yang jauh lebih baik, tapi itu bisa saja jauh lebih buruk," ungkap Penasihat Ekonomi Utama EY ITEM Club Howard Archer.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News