"Powell dari sisi policy seharusnya sama dengan Yellen yang cenderung hati hati dalam menyesuaikan kebijakan moneter," ujar Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Doddy Zulverdi di Gedung BI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis, 1 Maret 2018.
Dirinya memperkirakan kebijakan yang diamabil Powell akan cenderung hawkish (agresif) sebagaimana pidato pertamanya di Kongres AS. Akibatnya pasar keuangan global mengalami gejolak, termasuk tekanan yang menyebabkan rupiah mengalami pelemahan.
"Powell ingin tunjukkan bahwa dia sudah tegas sebagai chairman. Kemarin yang dia sampaikan dalam pidato itu sebenarnya faktor yang kita tahu, ekonomi akan lebih baik, inflasi akan naik. Jadi tidak baru," jelas dia.
Sebelumnya, dalam pidatonya Powell menyampaikan kepastian kenaikan suku bunga acuan AS setidaknya tiga kali dalam 2018. Kebijakan ini disertai target mengejar inflasi di AS untuk mencapai dua persen, membuat nilai mata uang dolar AS menguat signifikan.
Tak hanya itu, Powell menuturkan bank sentral akan menyeimbangkan antara risiko ekonomi yang overheating dan kebutuhan untuk menjaga momentum pertumbuhan. Ini disampaikan Powell dalam pidatonya di hadapan Kongres.
"(Federal Open Market Comittee) akan terus menyeimbangkan antara menghindari ekonomi yang overheating dan mengarahkan inflasi harga ke dua persen secara berkesinambungan," ujar Powell.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News