"Harga minyak telah jatuh dari USD100 menjadi sekitar USD50 per barel. Hal ini akan mengakibatkan penurunan pendapatan ekspor Rusia USD180 miliar per tahun," ungkap Kepala Departemen Perencanaan Strategis Kementerian Rusia, Maxim Oreshkin, pada pertemuan di Dewan Federasi, majelis tinggi Parlemen Rusia, seperti dilansir dari Xinhua, Sabtu (21/2/2015).
Perkiraannya melebihi Bank Sentral Rusia, yang sebelumnya mengatakan ekonomi Rusia akan kehilangan USD160 miliar per tahun jika harga minyak dunia masih sekitar USD45 per barel. Satu-satunya respons untuk ekonomi Rusia bisa jadi memotong impornya untuk mempertahankan akuntansi federal yang seimbang.
"Tugas utama pemerintah adalah mengurangi guncangan dan membantu perekonomian mencapai keseimbangan baru sesegera mungkin," katanya seperti dikutip oleh kantor berita Interfax.
Oreshkin mencatat bahwa "spiral inflasi", yang mencapai hampir 16 persen secara tahunan pada pekan 10-16 Februari, menimbulkan tantangan utama bagi perekonomian nasional. Dia meminta bank sentral untuk tidak membiarkan laju inflasi berlanjut.
Wakil kepala pertama bank sentral, Ksenia Yudayeva, yang juga berpartisipasi dalam pertemuan tersebut, sepakat bahwa ekonomi Rusia akan menghadapi konsekuensi jangka panjang.
Ekonomi Rusia telah banyak menderita karena tekanan dari sanksi Barat dan menurunnya harga minyak global. Pemerintah menerbitkan rencana anti-krisis 38 halaman pada akhir Januari untuk menghadapi kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News