Ilustrasi (FOTO: express)
Ilustrasi (FOTO: express)

Pasar Saham Inggris Tertekan 2,47%

Antara • 06 Agustus 2019 09:44
London: Saham-saham Inggris berakhir turun tajam pada perdagangan Senin waktu setempat (Selasa WIB), dengan indeks acuan FTSE-100 di Bursa Efek London merosot 2,47 persen atau atau 183,21 poin, menjadi 7.223,85 poin.
 
Mengutip Antara, Selasa, 6 Agustus 2019, Fresnillo, sebuah perusahaan pertambangan logam mulia yang berbasis di Meksiko, adalah satu-satunya peraih keuntungan di antara saham-saham unggulan dengan harga sahamnya melonjak 4,75 persen.
 
Sementara itu, Hargreaves Lansdown, sebuah perusahaan jasa keuangan, mencatat kerugian paling besar (top loser) di antara saham-saham unggulan, dengan harga sahamnya anjlok 6,83 persen. Diikuti saham Prudential, perusahaan asuransi jiwa dan jasa keuangan multinasional Inggris, yang jatuh 5,53 persen, serta JD Sports Fashion turun 5,24 persen.

Di sisi lain, indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 767,27 poin atau 2,90 persen menjadi 25.717,74 poin. Indeks S&P 500 berkurang 87,31 poin atau 2,98 persen menjadi 2.844,74 poin. Indeks Komposit Nasdaq berakhir jatuh 278,03 poin atau 3,47 persen, menjadi 7.726,04 poin.
 
Semua 11 sektor utama S&P 500 jatuh, dengan sektor teknologi dan layanan komunikasi memimpin penurunan. Semua perusahaan komponen Dow diperdagangkan di wilayah merah dengan Apple merosot 5,23 persen dan memimpin kerugian.
 
Indeks Volatilitas CBOE, yang secara luas dianggap sebagai pengukur ketakutan terbaik di pasar, melonjak hampir 40 persen menjadi 24,59. Aksi jual pasar dipicu oleh kekhawatiran para pelaku pasar bahwa ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok bisa semakin meningkat.
 
Trump dalam cuitannya pada Kamis 1 Agustus mengungkapkan bahwa ia akan menempatkan tarif tambahan 10 persen pada sisa USD300 miliar impor barang Tiongkok mulai pada 1 September. Kondisi itu mau tidak mau membuat hubungan dagang dengan AS kembali memburuk.
 
Beberapa asosiasi industri AS telah menyuarakan penentangan mereka terhadap rencana Gedung Putih untuk memberlakukan lebih banyak tarif, dengan alasan bahwa tindakan seperti itu tidak akan memfasilitasi negosiasi tetapi hanya merugikan warga Amerika.
 
Analis mengatakan bahwa tarif baru akan menargetkan barang ritel, bersama dengan barang konsumen lainnya, dan dampaknya terhadap ekonomi AS akan lebih langsung. Kondisi ini tentu akan merugikan AS secara langsung dan lebih dalam dibandingkan dengan Tiongkok.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan