Presiden Amerika Serikat Donald Trump (Olivier Douliery/AFP)
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (Olivier Douliery/AFP)

Tarif Trump Berpengaruh ke Periode Jabatan Presiden Berikutnya

13 Juli 2019 16:01
New York: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dapat menjadi 'Presiden tarif' atau 'Presiden dua masa'. Tidak ditampik masih belum ditentukan sampai sejauh mana ketegangan perdagangan Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok membebani ekonomi AS, tetapi setiap kerusakan yang berkelanjutan dapat memengaruhi pemilihan presiden berikutnya.
 
Artinya, Direktur Eksekutif University of Texas di Kebijakan Publik Tiongkok David Firestein mengungkapkan, jika Trump terus mengenakan tarif kemungkinan Trump kehilangan beberapa pendukung yang memenangkannya ke Gedung Putih dalam pemilu 2016.
 
"Dia tidak memiliki kelonggaran untuk dukungan rakyatnya yang merusak kepentingan ekonomi. Termasuk di jantung Amerika Serikat. Dan masih berharap bahwa mereka dengan suara bulat akan mendukungnya menjadi Presiden seperti yang mereka lakukan empat tahun lalu," kata Firestein, seperti dikuti dari CNBC, Sabtu, 13 Juli 2019.

Pertama, tarif perang perdagangan Tiongkok atas ekspor kedelai AS telah mencapai basis dukungan petani dan produsen pertanian Trump. Tarif ini mendorong harga barang pertanian Amerika dan menyebabkan pendapatan ekspor produsen AS turun 74 persen pada 2018.
 
Menurut Departemen Pertanian AS, nilai ekspor kedelai turun menjadi USD3,1 miliar pada 2018, dari sekitar USD12,2 miliar pada 2017. "Tarif Trump di Tiongkok juga telah menekan konsumen AS. Presiden Trump telah menaikkan tarif dan itu berarti dia menaikkan pajak pada rakyat Amerika secara menyeluruh," tegas Firestein, kepada Squawk Box CNBC.
 
Para peneliti dari Dana Moneter Internasional atau International Monetery Fund (IMF) menemukan hampir sepenuhnya transaksi ekspor dan impor melewati tarif ke Amerika. Itu berarti konsumen dan pabrikan Amerika sebagian besar menanggung beban tarif Trump yang artinya bukan eksportir dari Tiongkok.
 
"Saya pikir (Trump) mengakui bahwa itu membatasi fleksibilitasnya dan membatasi opsinya ketika ia terlibat dengan Presiden Xi (Jinping) di dalam Pemerintahan Tiongkok," kata Firestein.
 
Adapun AS dan Tiongkok telah dikunci dalam perang dagang sengit sejak pertengahan 2018. Pembicaraan perdagangan, yang telah berlangsung sejak tahun lalu, sebagian besar gagal menghasilkan hasil positif dan jatuh pada Mei. Namun, Trump dan Presiden Xi setuju untuk melanjutkan negosiasi ketika mereka bertemu di KTT G20.
 
Sebelumnya, penasihat Perdagangan Gedung Putih Peter Navarro mengungkapkan pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok mungkin telah dimulai kembali, tetapi kemungkinan mencapai kata sepakat masih jauh. Mencapai kesepakatan akan memerlukan waktu yang tidak sebentar.
 
Negosiasi antara kedua negara adikuasa ekonomi atas isu-isu termasuk defisit perdagangan, dugaan pencurian kekayaan intelektual, dan transfer teknologi paksa gagal pada Mei. Tetapi Presiden Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping setuju untuk melanjutkan pembicaraan dan menunda setiap tarif baru atas barang satu sama lain pada KTT G20 di Osaka, Jepang.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan