Tiongkok dan AS masih terjebak dalam perang dagang yang semakin naik tingkatannya dalam kurun waktu lebih dari satu tahun terakhir.
Kedua negara saling memungut biaya yang mencapai ratusan miliar dolar untuk komoditas masing-masing. Hal itu memperkeruh pasar keuangan dan pertumbuhan global.
"Perdagangan mengalami tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, muncul secara eksternal maupun internal," kata Zhong saat konferensi pers, seperti dikutip dari Antara, Senin, 30 September 2019.
Babak baru pembicaraan oleh para pejabat tinggi dari kedua negara ekonomi terbesar dunia itu dijadwalkan pada 10-11 Oktober di Washington DC, AS. Pertemuan ini akan dihadiri oleh Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu He sebagai penasihat ekonomi terbaik Presiden Xi Jinping.
Zhong menambahkan bahwa Tiongkok akan memperluas jangkauan ekspor dan mengambil langkah-langkah untuk menstabilkan perdagangan yang akan membuahkan hasil positif.
Pemerintahan AS di bawah Presiden Donald Trump mempertimbangkan strategi tekanan keuangan baru yang lebih radikal untuk Tiongkok, termasuk kemungkinan menghapus pencatatan (delisting) saham perusahaan Tiongkok dari bursa efek AS.
Langkah tersebut dijadikan sebagai bagian dari perluasan upaya untuk membatasi investasi AS di perusahaan Tiongkok.
Perang dagang antara Tiongkok dan AS telah menambah ketegangan antara kedua negara itu, dipengaruhi juga oleh kritik AS atas isu HAM di Tiongkok, termasuk demonstrasi di Hong Kong, perselisihan atas Laut China Selatan, serta dukungan untuk Taiwan.
Sebelumnya, diplomat Tiongkok pada Jumat pekan lalu menyatakan bahwa persoalan tarif dan perselisihan dagang bisa menjatuhkan ekonomi dunia dalam resesi dan pemerintahnya berkomitmen untuk menyelesaikan hal itu dengan cara yang tenang, rasional, dan bekerja sama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News