"Itu masih dalam tahap awal dan tidak ada yang diputuskan (untuk memblokir semua investasi keuangan AS di Tiongkok). Juga tidak ada kerangka waktu untuk implementasi kebijakan tersebut," kata sumber tersebut, seperti dikutip dari CNBC, Sabtu, 28 September 2019.
"Membatasi investasi keuangan pada entitas Tiongkok akan dimaksudkan untuk melindungi investor AS dari risiko berlebihan karena kurangnya pengawasan terhadap peraturan," tambah sumber itu.
Pertimbangan tersebut datang ketika AS mencari tuas pengaruh tambahan dalam pembicaraan perdagangan, yang dilanjutkan pada 10 Oktober di Washington. Adapun kedua negara sudah menampar tarif barang satu sama lain senilai miliaran dolar. Diskusi juga datang ketika Pemerintah Tiongkok mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan akses asing ke pasarnya.
Sebelumnya Bloomberg News melaporkan bahwa pejabat Administrasi Trump sedang mempertimbangkan cara untuk membatasi aliran portofolio investor AS ke Tiongkok, termasuk menghapus daftar perusahaan-perusahaan Tiongkok dari bursa saham Amerika dan mencegah dana pensiun Pemerintah AS dari berinvestasi di pasar Tiongkok.
Saham Alibaba, Baidu dan perusahaan Tiongkok lainnya anjlok menyusul berita tersebut. Sedangkan yuan Tiongkok melemah menjadi 7,15 terhadap dolar pada laporan tersebut. Sementara itu, Gedung Putih menolak berkomentar mengenai kabar yang beredar.
Di sisi lain, pasar saham AS jatuh karena AS mempertimbangkan untuk membatasi investasi ke Tiongkok. Adapun kondisi itu mau tidak mau memperperah sengketa perdagangan yang berkepanjangan antara dua ekonomi terbesar di dunia. Tentu ada harapan agar negosiasi di Oktober bisa berjalan baik.
Sementara itu, Jim Cramer dari CNBC mendukung rencana Presiden AS Donald Trump untuk memblokir semua investasi AS di Tiongkok. Adapun gagasan tersebut kini sedang dipertimbangkan di Gedung Putih, ketika kedua negara merencanakan kembali perundingan tingkat tinggi yang bertujuan mengakhiri perang dagang mereka.
"Kami menghentikan pasokan dan kami berhenti mendanai omong kosong mereka," tweet Cramer, tak lama setelah Bloomberg News pertama kali melaporkan rencana administrasi Trump.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News