Tercapainya kesepakatan juga akan memitigasi imbas negatif dari dampak ketidakpastian ekonomi global seperti perang dagang dan konflik perdagangan bilateral negara-negara di luar kawasan.
Dalam pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Ministers Meeting/AEM) ke-51 di Bangkok, Thailand, yang berlangsung hingga 11 September 2019 dihadiri Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.
Enggar yang memimpin delegasi Indonesia dalam pertemuan tingkat menteri ASEAN mengatakan Indonesia membawa sejumlah misi, di antaranya penguatan soliditas ASEAN untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi global, pengurangan sejumlah tarif hingga nol persen di intra ASEAN, dan pengenaan pos tarif Completly Knock Down (CKD) untuk produk otomotif Indonesia ke Vietnam.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita saat memimpin delegasi Indonesia di Asean Economic Ministers di Bangkok, Thailand. (FOTO: dok Kemendag)
Tantangan ASEAN
Deputi Perdana Menteri sekaligus Menteri Perdagangan Thailand sebagai Ketua AEM 2019 Jurin Laksanawisit menuturkan saat ini ASEAN menghadapi berbagai tantangan eksternal yang menuntut seluruh negara dalam kawasan untuk memperkuat kerja sama menguntungkan.Adanya kesepakatan RCEP akan mempererat kerja sama ekonomi, perdagangan, dan investasi yang lebih stabil. Seluruh negara ASEAN diharapkan bisa mencari jalan keluar bersama di sisa waktu tiga bulan dari target penyelesaian RCEP yang dipatok November tahun ini.
Enggar menambahkan secara substantif para pemimpin negara ASEAN sudah sepakat menyelesaikan perjanjian RCEP tahun ini. Pembahasan RCEP dalam AEM akan dibahas khusus pada pertemuan tingkat menteri Minggu, 8 September 2019.
RCEP diinisiasi pada 2011 oleh 10 negara ASEAN dan enam negara mitra perdagangan utama, atau ASEAN +6. Keenam negara mitra tersebut adalah Tiongkok, India, Korea Selatan, Jepang, Australia, dan Selandia Baru.
ASEAN-RCEP memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan perjanjian-perjanjian multilateral kawasan lain mengingat besarnya jumlah penduduk, besarnya produk domestik bruto (PDB), maupun nilai transaksi perdagangan. (Imam Budi Mulyana/Metro TV)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News