Mengutip Antara, Selasa, 2 April 2019, ke-14 anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak memproduksi 30,40 juta barel per hari (bph) pada bulan lalu, survei menunjukkan pada Senin waktu setempat, turun 280 ribu barel per hari dari Februari dan merupakan total produksi OPEC terendah sejak 2015.
Survei menunjukkan Arab Saudi dan sekutu Teluk terus maju dengan pengurangan pasokan yang lebih besar daripada yang diminta oleh kesepakatan OPEC terbaru, mengabaikan tekanan dari Presiden AS Donald Trump untuk meningkatkan pasokan. Pada Kamis lalu Trump kembali menyerukan OPEC untuk memompa lebih banyak minyak guna menurunkan harga.
Minyak mentah diperdagangkan di atas USD68 per barel, mendekati level tertinggi 2019, didorong oleh langkah Saudi dan pembatasan pasokan secara tidak sengaja di Venezuela dan Iran, yang keduanya berada di bawah sanksi-sanksi AS yang membatasi ekspor mereka.
"Keinginan yang ada untuk membawa persediaan minyak global lebih rendah," kata Tamas Varga dari broker minyak PVM, mengacu pada strategi OPEC.
"Kecuali jika ada lonjakan tiba-tiba dalam produksi OPEC atau gangguan total dalam pembicaraan perdagangan AS-Tiongkok, investor-investor keuangan akan menemukan minyak lebih menarik untuk memasukkan lebih banyak uang mereka ke dalamnya," tambahnya.
OPEC, Rusia dan non-anggota lainnya -aliansi yang dikenal sebagai OPEC+- sepakat pada Desember untuk mengurangi pasokan sebesar 1,2 juta barel per hari mulai 1 Januari. Bagian OPEC dari pemotongan itu sebesar 800 ribu barel per hari, yang akan dikirimkan oleh 11 anggota -semua kecuali Iran, Libya, dan Venezuela.
Pada Maret, 11 anggota OPEC yang terikat oleh perjanjian baru mencapai 135 persen dari pemotongan yang dijanjikan, survei menemukan, naik dari 101 persen pada Februari dan tingkat tertinggi menurut standar OPEC.
Di antara produsen-produsen yang dikecualikan, pasokan Venezuela turun 150 ribu barel per hari karena pemadaman listrik memukul ekspor, menambah dampak sanksi-sanksi AS terhadap perusahaan minyak negara PDVSA dan penurunan jangka panjang dalam produksi.
Kesepakatan OPEC+ terbaru datang hanya beberapa bulan setelah kelompok itu sepakat untuk memompa lebih banyak minyak, yang pada gilirannya membatalkan sebagian kesepakatan pembatasan pasokan semula yang mulai berlaku pada 2017.
Penurunan pasokan terbesar datang dari Arab Saudi, produsen OPEC terbesar, yang memproduksi 220 ribu barel per hari lebih rendah dari Februari, survei menunjukkan.
Arab Saudi telah mengurangi produksi dari rekor 11 juta barel per hari pada November karena kekhawatiran tentang potensi kelebihan pasokan, meskipun survei menunjukkan bahwa pasokan turun sedikit lebih rendah dari yang ditunjukkan kerajaan.
Penurunan terbesar kedua terjadi di Venezuela. Washington memberlakukan sanksi-sanksi terhadap perusahaan minyak negara PDVSA pada Januari, sementara pemadaman listrik menghentikan operasi di terminal ekspor minyak utama Jose dan di pabrik-pabrik peningkatan (upgrading) minyak mentah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News