Sebuah survei oleh Bank of America menemukan bahwa 29 persen dari manajer uang berpikir perang perdagangan internasional yang melibatkan Amerika Serikat (AS) adalah risiko terbesar pada Januari, sementara 24 persen mengutip sebuah 'kesalahan kebijakan AS' sebagai skenario yang paling mengkhawatirkan.
Mengutip Business Insider, Rabu 18 Januari, tidak satu pun dari risiko ini dikutip oleh fund manager pada Desember. Sedangkan krisis keuangan di Tiongkok, baik yang disebabkan oleh devaluasi mata uang maupun gelembung di sektor properti berada di posisi ketiga dengan angka 15 persen.
Baca: IMF: Kebijakan Fiskal Trump Picu Inflasi di AS
Risiko atas sebuah peristiwa dianggap memiliki kesempatan yang rendah untuk terjadi, tetapi tetap akan memiliki dampak besar jika mereka datang dan memberikan tekanan bagi perekonomian. Adapun survei ini melibatkan sebanyak 215 fund manajer pada minggu lalu dengan aset kelolaan mencapai USD547 miliar.
Fund manager prihatin tentang perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok yang merupakan dua ekonomi terbesar di dunia, karena retorika nasionalis dihasut oleh Trump mulai berubah menjadi kebijakan nyata. Tentu kondisi ini jika benar-benar terjadi akan memberi pengaruh bagi perekonomian dunia.
Baca: AS Hapus Sanksi Ekonomi terhadap Sudan
Pekan lalu, tarif atas impor Tiongkok ditingkatkan untuk AS pada biji-bijian yang digunakan untuk pakan ternak dari 33,8 persen menjadi sebanyak 53,7 persen. Negara ini juga menaikkan hukuman anti-subsidi dari 10 persen menjadi sebanyak 12 persen, menurut laporan Reuters.
Ketegangan meningkat antara Tiongkok dan AS setelah komentar dari Pemerintahan Donald Trump masuk pada perdagangan, Taiwan, dan Laut Cina Selatan serta konflik dengan cepat bisa mengalami peningkatan dan nantinya memukul kinerja ekspor Amerika lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News