"Iran bersama dengan Venezuela, dan Irak akan memveto usulan Arab Saudi pada pertemuan OPEC pada 22 Juni di Wina," ungkap Hossein Kazempour Ardebili seperti dikutip harian Teheran Times, seperti dilansir Xinhua, Rabu, 20 Juni 2018. Jika Rusia juga meningkatkan produksinya, lanjut Ardebili, itu akan menjadi pelanggaran perjanjian kerja sama.
Anggota OPEC dijadwalkan bertemu pada akhir pekan ini di Wina untuk membahas proposal Arab Saudi untuk mengakhiri kesepakatan OPEC/non-OPEC untuk menyeimbangkan pasar minyak dan meningkatkan harga minyak. Namun, langkah itu bisa memberikan efek terhadap pergerakan harga minyak.
Tahun lalu, anggota OPEC dengan suara bulat menyetujui harga minyak sebesar USD60 per barel dengan memangkas produksi minyak sebesar 1,2 juta barel per hari (bpd) menjadi 32,5 juta barel per hari. Anggota non-OPEC termasuk Rusia, Oman, dan Meksiko juga setuju untuk memotong 558 ribu bph dari produksi mereka untuk menstabilkan pasar.
Sebelumnya, OPEC diagendakan mengadakan pertemuan pada Jumat 22 Juni untuk memutuskan kebijakan produksi di tengah permintaan dari sejumlah konsumen utama minyak dunia, seperti Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok untuk menurunkan harga minyak guna mendukung kestabilan ekonomi dunia dengan meningkatkan produksi minyak mentah.
Pemimpin de facto OPEC, Arab Saudi, dan negara produsen minyak non-anggota OPEC Rusia telah mengusulkan pengurangan produksi secara bertahap, sementara beberapa negara anggota OPEC, seperti Iran, Irak, Venezuela, dan Aljazair masih menentang kebijakan itu.
Tiga sumber di OPEC mengatakan bahwa panel teknis OPEC dan komisi ekonomi OPEC mengadakan pertemuan Senin 18 Juni untuk meninjau prospek pasar dan menyajikannya kepada para menteri perminyakan anggotanya pada akhir pekan ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News