"Meskipun Tiongkok masih mengalokasikan bagian yang tinggi dari cadangan valasnya ke USD, laju diversifikasi ke mata uang lain kemungkinan akan lebih cepat ke depan," kata ANZ dalam laporan itu, yang dillansir dari CNBC International, Senin, 18 November 2019.
Adapun cadangan devisa Tiongkok dalam bentuk dollar AS diperkirakan sekitar 59 persen saat ini. Bukan tidak mungkin Tiongkok mengalokasikan cadangannya ke poundsterling, Yen Jepang, dan Euro. Sementara itu, Beijing juga berangsur-angsur mengurangi kepemilikannya atas surat utang Treasurys AS, salah satu tempat investasi Tiongkok yang paling banyak.
Tiongkok adalah investor asing terbesar hingga Juni. Namun, sejak perang dagang memanas pada 2018, Negeri Tirai Bambu telah mengurangi kepemilikannya sebesar USD88 miliar dalam 14 bulan terakhir.
Menurut data dari departemen Keuangan AS, Tiongkok memiliki utang USD1,11 triliun hingga Juni 2019. Namun, Beijing juga memiliki cadangan emas yang kini jumlahnya mencapai 1.957,5 ton per Oktober 2019.
Ekonom global Pinebridge Investment Paul Hsiao menjelaskan perusahaan-perusahaan Tiongkok juga mudah terpapar pergerakan greenback, yang kni tercatat memiliki lebih dari USD500 miliar utang di perusahaan asing.
"Sebagian besar hutang dalam dolar AS, yang bisa menjadi masalah bagi perusahaan Tiongkok," kata Hsiao. Selama perang dagang, posisi Yuan terhadap Dollar AS tertekan dan membuat perusahaan-perusahaan Tiongkok harus menjual asetnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News