Ilustrasi (AFP/Ed Jones)
Ilustrasi (AFP/Ed Jones)

Tiongkok: Pelabelan Manipulator Mata Uang Picu Kekacauan Pasar Keuangan

Antara • 07 Agustus 2019 10:32
Beijing: Bank sentral Tiongkok mengatakan keputusan Washington untuk memberi label Beijing sebagai manipulator mata uang akan sangat merusak tatanan keuangan internasional dan menyebabkan kekacauan di pasar keuangan. Tentu diharapkan Amerika Serikat (AS) lebih berhati-hati dalam mengambil suatu kebijakan.
 
"Keputusan Washington untuk meningkatkan ketegangan mata uang juga akan mencegah pemulihan ekonomi dan perdagangan global," kata bank sentral Tiongkok, People’s Bank of China (PBOC), dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Antara, Rabu, 7 Agustus 2019.
 
PBOC mengungkapkan Tiongkok belum menggunakan dan tidak akan menggunakan nilai tukar sebagai alat untuk menangani sengketa perdagangan. "Tiongkok menyarankan Amerika Serikat untuk mengendalikan kudanya sebelum masuk jurang, dan waspada akan kesalahannya, dan berbalik dari jalan yang salah," kata PBOC.

Tuduhan manipulator mata uang oleh AS, yang diikuti penurunan tajam yuan pada Senin 5 Agustus mendorong gejolak yang bahkan lebih besar antara ekonomi terbesar dunia dan menghancurkan harapan yang tersisa untuk resolusi cepat perang dagang mereka selama setahun.
 
Perselisihan telah menyebar di luar tarif ke daerah lain seperti teknologi, dan analis berhati-hati langkah-langkah saling balas dapat melebar dalam ruang lingkup dan keparahan, membebani lebih lanjut pada kepercayaan bisnis dan pertumbuhan ekonomi global.
 
Departemen Keuangan AS mengatakan bahwa mereka telah menentukan untuk pertama kalinya sejak 1994 bahwa Tiongkok memanipulasi mata uangnya, membawa perselisihan perdagangan mereka di luar tarif. Departemen merujuk pada pernyataan PBOC sebagai pengakuan terbuka bahwa ia memiliki pengalaman luas memanipulasi mata uangnya.
 
"Keputusan AS semata-mata didorong oleh motif politik untuk melampiaskan amarahnya," kata Global Times, tabloid Tiongkok berpengaruh yang diterbitkan oleh People's Daily's Party yang berkuasa.
 
"Tiongkok tidak lagi mengharapkan niat baik dari Amerika Serikat," kata Hu Xijin, pemimpin redaksi surat kabar itu.
 
Keputusan AS untuk menyebut Tiongkok sebagai manipulator terjadi kurang dari tiga minggu setelah Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) mengatakan nilai yuan sejalan dengan fundamental ekonomi Tiongkok, sementara dolar AS dinilai terlalu tinggi antara enam hingga 12 persen.
 
Sementara itu, Undang-Undang AS menetapkan tiga kriteria untuk mengidentifikasi manipulasi di antara mitra dagang utama yakni surplus neraca berjalan global yang material, surplus perdagangan yang signifikan dengan Amerika Serikat, dan intervensi satu arah yang terus-menerus di pasar valuta asing.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan