Dengan masih adanya tanda-tanda rebound berkelanjutan atas inflasi yang mendasari dan tingginya risiko politik dari pemilihan di empat dari lima negara terbesar zona euro, ECB berjanji untuk menjaga biaya pinjaman lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya, bahkan akan ada pemesanan untuk menaikkan kembali pembelian.
Meski ada pemotongan volume pembelian aset bulanan menunjukkan konsesi kepada negara-negara konservatif seperti Jerman dan Belanda, namun pemesanan yang mendasari dipandang sebagai dovish untuk negara-negara di pinggiran dan dorongan untuk pasar keuangan.
Presiden ECB Mario Draghi mengatakan pembelian obligasi akan dipotong menjadi 60 miliar euro dari 80 miliar euro mulai April lalu. Tetapi kondisi itu akan tetap diberlakukan sampai akhir 2017, tiga bulan lebih lama dari yang diharapkan.
"Tidak ada pertanyaan tentang stimulus. Kami bahkan bisa kembali ke 80 (miliar euro untuk membeli obligasi). Tentu ada berbagai macam pilihan. Dalam hal ini untuk menunjukkan bahwa ECB akan tetap berada di pasar," kata Draghi, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (9/12/2016).
Euro tercatat mengalami pelemahan sebanyak 1,3 persen dan saham mengalami lonjakan sebanyak satu persen, didorong oleh saham bank yang telah melakukan reli sepanjang minggu ini. Tentu situasi dan kondisi semacam itu diharapkan bisa terus terjadi di masa-masa yang akan datang.
ECB telah menghabiskan lebih dari 1,4 triliun euro atau USD1,5 triliun untuk membeli obligasi dan kenyataan itu memiliki risiko atas kehabisan aset bagi ECB. Bundesbank berpendapat bahwa kondisi ini mengaburkan garis hukum dan dapat dianggap bisa menjadi pertimbangan sebagai anggaran dari bank sentral.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News