Ilustrasi (FOTO: AFP)
Ilustrasi (FOTO: AFP)

Harga Konsumen Inti Jepang Naik 0,7% di Februari

Angga Bratadharma • 23 Maret 2019 19:02
Tokyo: Departemen Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang mengungkapkan harga konsumen inti Jepang naik pada Februari dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sejauh ini, Pemerintah Jepang terus berupaya meningkatkan inflasi agar mencapai dua persen dan terus memacu pertumbuhan ekonomi.
 
Mengutip Xinhua, Sabtu, 23 Maret 2019, Departemen Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang mengungkapkan, harga konsumen inti naik 0,7 persen pada Februari dari tahun sebelumnya, dengan laju kenaikan indeks harga konsumen nasional, tidak termasuk harga makanan segar karena volatilitas mereka, mengikuti kenaikan 0,8 persen pada Januari .
 
Data statistik biro juga menunjukkan bahwa harga telah naik selama 26 bulan berturut-turut dalam periode perekaman, tetapi masih tetap jauh di bawah target inflasi dua persen Bank of Japan yang tinggi. Adapun Bank of Japang hingga sekarang ini belum berhasil meningkatkan inflasi dua persen.

Pemerintah Jepang sebelumnya melaporkan ekonomi Negeri Sakura itu tumbuh sebesar 1,9 persen secara tahunan (year on year) dalam periode Oktober-Desember. Menurut Kantor Kabinet, ekonomi Jepang bertumbuh pada kuartal keempat 2018 dibandingkan dengan perkiraan awal yang meningkat sebesar 1,4 persen.
 
Pemerintah mengatakan bahwa peningkatan belanja modal menopang pertumbuhan ekonomi pada periode Oktober-Desember. Kuartal terakhir ekspansi mengikuti kontrak ekonomi pada periode Juli-September sebagai akibat dari sejumlah bencana alam di Jepang.
 
Pertumbuhan ekonomi di Jepang, dalam hal produk domestik bruto nyata, setara dengan nilai total barang dan jasa yang diproduksi di sini dan disesuaikan dengan inflasi, yang naik 0,5 persen dari kuartal sebelumnya.
 
Gubernur bank sentral Jepang atau Bank of Japan (BoJ) Haruhiko Kuroda mengatakan bank sentral akan membahas dan berkomunikasi tentang waktu yang tepat rencana keluar darikebijakan moneter yang sangat longgar. Kuroda sebelumnya mengatakan BoJ tidak memiliki strategi keluar khusus sekarang.
 
Hal itu karena pihaknya akan mengambil waktu yang signifikan dalam mencapai target inflasi 2,0 persen. Tetapi dia mengatakan keluar dari kebijakan ultra-longgar akan melibatkan kenaikan suku bunga karena kelebihan cadangan lembaga keuangan dengan BoJ, dan langkah-langkah untuk menyusutkan neraca bank sentral.
 
"Untuk memastikan pasar tetap stabil, penting untuk datang dengan strategi dan panduan pada waktu yang tepat tentang bagaimana untuk melanjutkan keluar. Ketika waktu yang tepat tiba, kami akan berdebat di pertemuan kebijakan kami tentang strategi keluar dan panduan, serta mengomunikasikannya dengan tepat," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan