Mengutip Antara, Kamis, 8 Agustus 2019, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember naik tajam sebanyak USD35,40 atau 2,39 persen menjadi USD1.519,60 per ons. Emas berjangka telah membukukan keuntungan hampir USD90 dalam empat sesi terakhir berturut-turut.
Hal itu terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengancam untuk mengenakan tarif tambahan pada impor produk Tiongkok yang lebih banyak. Ancaman itu akhirnya membuat ketegangan perdagangan yang tadinya mulai mereda kini kembali memanas dengan Tiongkok diperkirakan melakukan pembalasan.
Meningkatnya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok telah menyebabkan permintaan yang lebih kuat untuk aset-aset safe haven, seperti emas. Investor telah menghindari aset-aset berisiko, memicu kejatuhan di pasar ekuitas.
Sebelum penyelesaian perdagangan emas, indeks Dow Jones Industrial Average, S&P 500, dan Nasdaq membukukan kerugian tajam di tengah aksi jual, meskipun indeks-indeks acuan mengembalikan beberapa kerugian di kemudian hari.
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, turun 0,18 persen menjadi 97,45 tak lama sebelum pasar emas tutup. Ketika dolar AS turun maka emas berjangka biasanya naik, karena emas yang dihargakan dalam dolar AS menjadi lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lainnya.
Dalam perkembangan terkait tetapi tidak terduga, bank sentral di Selandia Baru, India dan Thailand semua mengumumkan penurunan suku bunga utama. Pelonggaran kebijakan moneter di berbagai negara memicu kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan ekonomi global, sehingga memberikan dukungan lebih lanjut terhadap emas berjangka, kata analis pasar.
Sedangkan untuk logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September naik 75,1 sen atau 4,57 persen menjadi USD17,196 per ons. Sedangkan platinum untuk pengiriman Oktober naik sebanyak USD17,80 atau 2,09 persen menjadi USD871,00 per ons.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News