"Saran menyeluruh kami adalah untuk menjaga fokus kebijakan dan beralih ke pertumbuhan berkualitas tinggi dari pertumbuhan kecepatan tinggi, bahkan jika ketegangan perdagangan meningkat," kata Wakil Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Kenneth Kang, seperti dikutip dari Xinhua, Sabtu, 8 Juni 2019.
Tim IMF, yang dipimpin oleh Kang, mengadakan diskusi yang sangat konstruktif dan jujur dengan para pejabat senior dari Pemerintah Tiongkok, perwakilan sektor swasta dan akademisi selama dua minggu terakhir untuk bertukar pandangan tentang prospek ekonomi, kemajuan reformasi dan respons kebijakan.
"Kemajuan yang baik telah dibuat dalam beberapa tahun terakhir, terutama dalam mengurangi pertumbuhan kredit dan risiko dalam sistem keuangan," kata Kang.
Pejabat IMF menyarankan agar otoritas Tiongkok tetap fokus pada deleveraging dan pengetatan regulasi, mendorong konsumsi sambil memungkinkan investasi melambat, meningkatkan peran sektor swasta dan keterbukaan terhadap perdagangan dan investasi, serta memodernisasi kerangka kerja kebijakan.
Sejauh ini dampak dari ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat pada ekonomi Tiongkok telah terkendali, karena pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan telah stabi. Kang menambahkan bahwa ia mengharapkan ekonomi Tiongkok tumbuh sekitar 6,2 persen pada 2019.
"Jika tidak ada penurunan lebih lanjut dalam ketegangan perdagangan, kami memperkirakan pertumbuhan akan melambat secara moderat dan tepat menjadi sekitar enam persen di tahun depan," katanya.
"Stimulus kebijakan yang diumumkan sejauh ini cukup untuk menstabilkan pertumbuhan pada 2019/2020 meskipun kenaikan tarif AS baru-baru ini," tambah Wakil Direktur Pelaksana pertama IMF David Lipton, dalam sebuah pernyataan yang dirilis tentang misi Pasal IV IMF ke Tiongkok.
Adapun Kang menyarankan bahwa beberapa stimulus sementara tambahan bisa tepat jika ketegangan perdagangan meningkat lebih lanjut, tetapi stimulus ini harus dibatasi dan difokuskan pada penyeimbangan kembali dan meningkatkan pertumbuhan secara berkelanjutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
