Negosiasi antara kedua negara adikuasa ekonomi atas isu-isu termasuk defisit perdagangan, dugaan pencurian kekayaan intelektual, dan transfer teknologi paksa gagal pada Mei. Tetapi Presiden Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping setuju untuk melanjutkan pembicaraan dan menunda setiap tarif baru atas barang satu sama lain pada KTT G20 di Osaka, Jepang.
"Ini adalah proses yang sangat rumit. Kami memiliki kesepakatan yang panjangnya lebih dari 150 halaman dengan tujuh bab berbeda pada saat negosiasi dinyalakan, yang merupakan dasar sekarang untuk bergerak lebih jauh ke depan," kata Navarro, seperti dikutip dari CNBC, Sabtu, 6 Juli 2019.
Tidak ditampik, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin sempat mengatakan bahwa AS telah 90 persen untuk mencapai kesepakatan dagang dengan Tiongkok. Tetapi Navarro memperingatkan bahwa kesepakatan dagang tersebut akan memakan waktu.
"Dan kami ingin memperbaikinya. Mari kita perbaiki," kata Navarro.
Navarro ikut bergabung dengan Presiden AS Donald Trump dan sejumlah pejabat senior di KTT G20, Osaka, Jepang, pada akhir pekan lalu. Trump mengatakan pembicaraan baru dengan Beijing telah dimulai. Trump mengatakan tiongkok telah setuju untuk membeli sejumlah besar produk pertanian AS.
Navarro menilai pembelian tersebut akan segera dilakukan oleh Tiongkok dan dilakukan secara signifikan. Navarro dalam wawancara CNBC juga berulang kali berbicara tentang prospek pasar yang bullish, dan membantah apakah tarif AS untuk impor asing, termasuk barang-barang Tiongkok senilai USD250 miliar menghambat pertumbuhan ekonomi.
Dia meramalkan Dow Jones Industrial Average akan cepat terdorong melebihi level 30 ribu jika AS berhasil mencapai kesepakatan perdagangan trilateral baru dengan Kanada dan Meksiko, dan jika Federal Reserve menurunkan suku bunga.
Sebelumnya, Konsul Jenderal Tiongkok untuk San Francisco Wang Donghua membantah tuduhan beberapa orang bahwa kesepakatan perdagangan dapat dicapai oleh Amerika Serikat dengan cara memberikan tekanan maksimum kepada Tiongkok, termasuk tarif yang diberlakukan terus-menerus.
"Faktanya adalah bahwa pangsa pasar AS di Tiongkok tidak meluas tetapi menurun. Karena tarif telah mengundang pembalasan dalam bentuk barang, membuat produk AS seperti pesawat komersial, kedelai, jagung, daging dan makanan laut kurang kompetitif," pungkas Wang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News